
Hutan Mati di Gunung Papandayan – Foto: Mounture.con/Garibaldi
Mounture.com — Sinar matahari begitu terik ketika tim Mounture.com memulai perjalanan dari Camp David, titik awal pendakian menuju Pondok Salada, salah satu area camping favorit di Gunung Papandayan.
Gunung berketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini dikenal sebagai destinasi favorit pendaki karena memiliki jalur yang relatif mudah, pemandangan kawah aktif, serta padang edelweiss menawan di kawasan Tegal Alun.
Trek Awal: Menyusuri Kawah Belerang Papandayan
Perjalanan dimulai dengan menyusuri kawah belerang Gunung Papandayan, jalur yang ikonik sekaligus menantang. Bau belerang yang menyengat membuat pendaki disarankan tidak berlama-lama berhenti di area ini agar tidak pusing akibat paparan gas sulfur.
Setelah melewati area kawah, jalur mulai landai dengan pemandangan sungai kecil yang mengalir jernih. “Air sungainya terasa segar, cocok untuk sekadar mencuci muka dan melepas lelah,” ujar Septiono Aji, salah satu anggota tim.
BACA JUGA: Eco Adventure: Tren Wisata Ramah Lingkungan yang Kian Diminati Wisatawan Modern
Menuju Pondok Salada: Jalur Hutan dan Tebing
Perjalanan berlanjut dengan kontur yang menanjak dan melintasi pinggiran tebing yang cukup menantang, sebelum akhirnya tim tiba di Pondok Salada — area luas yang menjadi tempat favorit para pendaki untuk mendirikan tenda.
Cuaca sore itu sangat cerah, semilir angin menambah kesejukan suasana di tengah padang rumput hijau yang menghampar. Tak heran, Pondok Salada hampir selalu ramai oleh para pendaki yang ingin menikmati malam di bawah langit Papandayan.
Cuaca Mengubah Rencana, Tegal Alun Jadi Tujuan
Keesokan paginya, sekitar pukul 04.00 WIB, tim bersiap menuju puncak Papandayan. Namun, cuaca mendung yang tidak bersahabat membuat rencana berubah. Demi keamanan, tim memutuskan untuk beralih ke destinasi lain yang tak kalah menawan yakni Tegal Alun.
Hamparan bunga edelweiss di Tegal Alun menjadi hadiah indah bagi setiap pendaki yang datang. Kabut tipis dan aroma pegunungan yang segar menambah kesan magis tempat ini.
BACA JUGA: Panduan Pernapasan untuk Pendaki Pemula agar Tidak Mudah Lelah
Perjalanan Turun: Melintasi Hutan Mati
Saat turun, tim memilih jalur melalui Hutan Mati, kawasan yang dikenal dengan batang-batang pohon hitam bekas letusan gunung. Meski jalur ini lebih cepat, namun sering kali ditutup karena rawan longsor, sehingga tidak disarankan bagi pendaki lain untuk melaluinya tanpa izin.
Secara keseluruhan, Gunung Papandayan bukan hanya tentang mendaki puncak, tetapi juga tentang menikmati setiap perjalanan menuju keindahan alamnya.
Dari kawah aktif yang mengeluarkan uap panas, hingga padang edelweiss di Tegal Alun, setiap langkah di Papandayan menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan.
(mc/ls)





