Mounture.com — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengungkapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan cara water booming atau bom air terbilang mahal.
Hal itu disampaikannya saat melakukan peninjauan penanganan karhutla di Gunung Arjuno, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Menurutnya, operasi water booming yang bisa dilakukan menggunakan pesawat fixed wings atau bersayap tetap maupun tipe bersayap putar seperti helikopter membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Suharyanto, mengaku bahwa operasi water bombing membuat negara harus mengeluarkan anggaran senilai kurang lebih Rp150 juta untuk satu jam penerbangan mengangkut dan menyiramkan air di titik-titik hotspot.
“Itu mengangkut air water bombing per satu jam 11.500 dolar (AS, Amerika Serikat) atau Rp150 juta itu. Kasihan negara bayar mahal,” tuturnya.
BACA JUGA: Pemadaman Kebakaran di Gunung Bromo Terkendala Angin Kencang
Oleh karenanya, lanjut dia, operasi water booming menjadi jalan terakhir dan diusahakan operasi darat terlebih dahulu dalam menangani karhutla.
“Operasi udara itu jalan terakhir. Jadi operasi darat dulu dilakukan. Jangan sampai menunggu api membesar. Kalau api membesar maka sia-sia kita,” jelas dia.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa hingga saat ini pemerintah Indonesia harus menyewa helikopter untuk melakukan operasi water bombing.
BACA JUGA: Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Lereng Gunung
Menurutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan lebih terkuras apabila negara memiliki helikopter sendiri, mengingat perawatan dan maintenance sebuah helikopter membutuhkan biaya rutin meski tidak digunakan terbang.
Dengan kata lain, lanjut Suharyanto, karhutla menjadi bencana yang paling mahal dalam operasi penanganannya.
“BNPB itu bekerja sama dengan pihak ketiga. Instansi lain punya tiga helikopter saja berat merawatnya. Megap-megap juga perawatannya (kalau punya helikopter sendiri). Itu bayarnya banyak sekali,” jelasnya.
Sekali helikopter start engine, lanjut dia, berarti argometer juga berjalan. “Artinya ada biaya besar yang harus dibayarkan,” tutupnya. (MC/LS)