
Bukit Batu Daya (dok. Indonesia.go.id)
Mounture.com — Bukit Batu Daya merupakan sebuah bukit batu berukuran besar yang berada di Ketapang, Kalimantan Barat. Uniknya, bukit ini berada di tengah-tengah ladang sawit dan berada di dekat Gunung Palung.
Bukit ini terletak di di perbatasan antara Kecamatan Laor dan Kecamatan Sukadana, Simpang Hilir, Kayong Utara, di mana bukit ini termasuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Palung (TNGP). Bukit yang memiliki ketinggian 955 meter di atas permukaan laut ini, konon bentuknya bisa berubah-ubah sesuai dari sisi mana dilihatnya.
Untuk menuju ke Bukit Batu Daya, jalur dari Dusun Keranji, Desa Batu Daya, Kecamatan Simpang Dua, adalah jalur yang paling digemari karena yang mudah dilalui. Dari Pontianak ke Batu Daya, dapat ditempuh lewat Aur Kuning. Jarak tempuh jika melewati Sungai Laur sekitar 4-5 jam. Di Sungai Laur ada beberapa penginapan yang bisa dijadikan sebagai tempat pelepas lelah.
Bukit Batu Daya ini memiliki kontur kemiringan vertikal mencapai 90 derajat dari permukaan tanah, yang mana jenis batuannya merupakan batuan andesit. Kendati memiliki keindahannya yang luar biasa, namun bukit ini hanya boleh dipanjat oleh pemanjat profesional. Sebab, jalur panjatnya terbilang cukup ekstrim dan berbahaya.
Untuk memanjat Bukit Batu Daya ini, pemanjat membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Namun, jika berhasil memanjat tebingnya, pendaki akan disambut oleh hutan tropis yang sangat lebat karena tidak terjamah manusia. Bukit ini memiliki tiga puncak, yaitu Puncak Batu Daya (955 mdpl), Kuang Kande (958 mdpl) and Belah Hulu (807 mdpl).
Tak hanya itu, dikutip dari laman Indonesia.go.id dijelaskan bahwa Bukit Batu Daya juga menyimpan cerita, dan mitos yang beredar di masyarakat setempat. Konon, ada seorang ibu dan anaknya yang berumur tiga tahun bernama Daya. Mereka tinggal di suatu kampung, di Kalimantan Barat. Sang suami atau ayah anak itu sudah lama meninggal.
Karena hanya tinggal berdua, sang ibu selalu membawa anaknya yang masih kecil kemana-mana. Suatu saat, sang ibu mencuci baju di sungai dan anaknya diletakkan di atas batu. Tak berapa lama ibu itu mencuci, sang anak memanggil-manggil ibunya. Hanya saja, walau dipanggil berulang kali, ibunya tak mendengar panggilan anaknya.
Hingga akhirnya suara sang anak pun menghilang. Sang ibu pun menoleh ke arah batu tempat dia meletakkan anaknya. Ternyata, batu itu sudah berubah menjadi batu yang sangat besar, hingga sebesar gunung. Dan anaknya pun tidak lagi terlihat. Dari cerita rakyat itulah, maka muncullah julukan Bukit Batu Daya.
Setiap tahunnya, di Bukit Batu Daya diadakan ritual oleh masyarakat setempat. Sebab mereka meyakini, Bukit Batu Daya merupakan bukit keramat. Masyarakat juga menggelar ritual itu untuk mempertahankan dan melestarikan warisan budaya masyarakat Ketapang, Kalimantan Barat. (MC/RIL)