Catatan Perjalanan: Pendakian Solo dan Tektok Gunung Lawu via Singolangu

Gerbang Pendakian Gunung Lawu via Singolangu (dok. instagram/@milan2707b)

Mounture.com — Melakukan pendakian seorang diri atau solo sering dilakukan oleh sebagian pendaki, tak jarang pendakian itu juga dilakukan secara bolak-balik tanpa ngecamp alias tektok. Meski akan menguras lebih banyak tenaga, namun pendakian solo dan juga tektok kerap dilakukan pendaki untuk mencari sensasi tersendiri.

Hal itu pula yang dilakoni oleh salah satu akun instagram @milan2707b. Dalam postingannya, dia menceritakan pengalamannya mendaki Gunung Lawu via Singolangu seorang diri dan dilakukan tektok.

Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan untuk melakukan pendakian solo dan tektok ke Gunung Lawu via Singolangu ini diantaranya backpack berukuran 32 liter, raincoat, baju ganti, air sebanyak 4 liter, P3K, logistik ringan, tripod, dan kamera.

“Metode pendakian adalah berjalan dengan ritme konstan. Finish saya hanya di Sendang Drajat saja karena tujuan awal memang ingin coba jalur Singolangu sampai di Sendang Drajat,” tulis akun instagram @milan2707b, belum lama ini.

Dia pun memberikan estimasi waktu mendaki Gunung Lawu via Singolangu yang dilakukannya seorang diri dan tektok, sebagai berikut:

06.30 start dari BC Singolangu
06.50 sampai di Kiteran camping ground
07.00 sampai di pos 1, Kerun-Kerun
08.00 sampai di pos 2, Banyu Urep
09.00 sampai di pos 3, Cemaran
10.15 sampai di pos 4, Taman Edelweis
10.30 start dari pos 4 menuju pos 5
11.00 sampai di bukit family
11.30 start dari bukit family
11.45 sampai di pos 5, Cokro Paningalan
12.45 sampai di Sendang Drajat

Sementara untuk perjalanan turun menghabiskan waktu sekitar 4 jam.

“Via Singolangu belom ramai pendaki jadi masih banyak berkeliaran hewan buas (macan kumbang) terutama di sekitar pos 1 sampai ke pos 3, ini dibuktikan dengan adanya kotoran Black Phanter tersebut di sepanjang trek antara pos 1 – pos 3,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan bahwa untuk pendaki yang akan melakukan camp bisa dilakukan di Pos 3, Pos 4, dan Bukit Family. Sementara untuk ketersediaan air bersih bisa didapatkan di sekitar Pos 2 dengan menuruni lembah sekitar 150 meter, di mana terdapat pipa sehingga memudahkan mengisi ulang air.

“Jalur sangat jelas, petunjuk jelas dan banyak jadi tidak usah khawatir tersesat meskipun di awal banyak persimpangan. Menurut saya Singolangu adalah altenatif menarik selain jalur mainstream Sewu dan Cetho. Trek masih alamiah terutama dari BC ke pos 3, dan jalur trek masih bersih,” tutup dia.

Sebagai informasi, jalur pendakian Singolangu atau biasa disebut jalur klasik berada di Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Konon, jalur ini disebut-sebut sebagai jalur yang digunakan Raja Brawijaya setiap kali naik ke Gunung Lawu, yang mana di jalur ini terdapat beberapa prasasti peninggalan Prabu Brawijaya. (MC/IG)

Sumber tulisan:

https://www.instagram.com/milan2707b/?hl=id