Pengendalian Gulma di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru Terus Dilakukan

  • 23 February 2021 06:59

Myriophyllum aquaticum atau lebih dikenal dengan nama bulu ayam salah satu tanaman invasif atau gulma yang ada di kawasan TNBTS (dok. TNBTS)

Mounture.com — Selama periode tahun 2017 hingga 2020, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengungkapkan telah melakukan pembersihan total dan pengendalian tanaman invasif atau biasa disebut gulma di kawasan TNBTS.

Tercatat, pada 2016 lalu di Ranu Lingga Rekisi hampir 80 persen perairannya terinvasi oleh lima jenis tumbuhan asing invasif. Namun, TNBTS mengaku bahwa pembersihan total selama periode 2017 – 2020 tersebut masih terdapat jenis tanaman asing invasif yang masih tumbuh hingga saat ini.

“Di 2021, perjuangan belum berakhir. Semoga pengendalian gulma tahun ini lebih lancar ya sahabat,” tulis akun instagram resmi TNBTS (@bbtnbromotenggersemeru), belum lama ini.

TNBTS menyebutkan bahwa salah satu tanaman invasif yang ada di kawasan TNBTS ialah Myriophyllum aquaticum atau lebih dikenal dengan nama bulu ayam. Tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh menjalar di atas permukaan air. Seperti kebanyakan tanaman air, tanaman ini memiliki daun yang susunannya berbentuk karangan atau lingkaran di sekitar tangkai daunnya.

Tanaman yang berasal dari sungai Amazon di Amerika Selatan ini biasanya tumbuh di aliran air tawar, kolam, danau, sungai, dan kanal yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Karena lebih menyukai iklim yang lebih hangat, ia terutama ditemukan di Indonesia juga.

Karena daya tarik dan kemudahan budidayanya, tanaman ini akhirnya diperkenalkan untuk digunakan di akuarium dalam dan luar ruangan. Meskipun dapat melindungi beberapa organisme akuatik, namun tanaman ini juga dapat secara serius mengubah karakteristik fisik dan kimia danau dan sungai.

Dalam jumlah yang banyak mereka menaungi air dari sinar matahari dan menyebabkan tanaman asli mati karena kekurangan cahaya. Organisme yang memakan tanaman asli bisa mati karena kelaparan. Karena beberapa faktor tersebut, maka menjadikan Myriophyllum aquaticum sebagai spesies invasif atau gulma berbahaya di banyak daerah termasuk di TNBTS. (MC/RIL)