
Batu Lingga di Gunung Ciremai (dok. TNGC)
Mounture.com — Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat memang menyimpan banyak cerita legenda yang turun temurun dipercaya masyarakat setempat. Salah satunya Batu Lingga yang berada di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Batu Lingga sendiri berada di jalur menuju puncak Gunung Ciremai, di mana dari lokasi menuju ke puncak kurang lebih sekitar 2,3 kilometer. Transit Camp Batu Lingga dapat ditemui, apabila melakukan pendakian melalui jalur Linggajati di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Di lokasi transit Camp Batu Lingga terdapat sebuah batu yang dipagari dahan kayu. Sebuah penampakan batu itulah yang disebut Ranger Gunung Ciremai dan masyarakat setempat disebut sebagai Batu Lingga.
“Sebenarnya Batu Lingga itu besar. Namun pada medio 2000-an batu tersebut raib. Entah ke mana,” kata Ranger Linggajati, Kang Ewer seperti dikutip dari laman Taman Nasional Gunung Ciremai, belum lama ini.
Lebih lanjut dia menceritakan bahwa beberapa tahun lalu Ranger berinisiatif menyusun kembali Batu Lingga sebagai pertanda cerita dan legenda Gunung Ciremai. Konon ceritanya, kata dia, Batu Lingga erat kaitannya dengan Sunan Gunung Jati yakni salah satu Wali Songo dari Kasultanan Cirebon.
“Alkisah, pada abad ke-16 Masehi atau pada prakiraan 1521 sampai 1530, Sunan Gunung Jati melakukan ‘tadabur’ alam ke Gunung Ciremai via Linggajati. Kanjeng Sunan bermunajat kepada Gusti Alloh di tempat ini untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi peperangan melawan penjajah Portugis,” kata dia.
Menurut penuturan versi cerita lain, lanjut Kang Ewer, area Batu Lingga diyakini sebagai jalan yang dapat tembus ke kawah ganda. Pasalnya, ketinggian tempat Batu Lingga dipercaya sejajar dengan dasar kawah Gunung Ciremai. “Memang begitu ceritanya. Tapi kita mesti melihat dengan mata batin,” tuturnya.
Dari cerita sejumlah tokoh masyarakat setempat, konon setelah Sunan Gunung Jati tidak berada di Batu Lingga, ada seseorang yang disebut Nyi Linggi datang ke tempat tersebut. Nyi Linggi hendak menggantikan sang Sunan. Kemudian di tempat itu, Nyi Linggi ditemani dua ekor macan tutul kesayangannya. Tujuan dari tapa itu sendiri untuk mendapatkan ilmu kedigdayaan.
Namun dikisahkan, Nyi Linggi kemudian mengalami kegagalan dalam tapa brata sehingga tidak mendapatkan ilmu yang diinginkan. Lalu Nyi Linggi meninggal dunia, sedangkan dua ekor macan tutul kesayangan itu juga raib. (MC/RIL)