
Foto: Mounture.com/Luchito Sangsoko
Mounture.com — Mendaki gunung bukan hanya soal stamina dan mental, tetapi juga memahami risiko yang dapat muncul selama berada di ketinggian. Aktivitas ini membutuhkan persiapan matang, pengetahuan dasar, serta pengalaman agar perjalanan dapat berlangsung aman dan nyaman.
Salah satu risiko yang paling sering menjadi momok bagi pendaki, terutama pemula, adalah penyakit ketinggian. Gangguan ini muncul akibat tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang semakin menipis di ketinggian.
Berikut tiga penyakit ketinggian yang perlu diwaspadai saat berada di gunung.
1. Acute Mountain Sickness (AMS)
Acute Mountain Sickness (AMS) adalah penyakit ketinggian yang paling umum diderita pendaki. Gejalanya antara lain sakit kepala, rasa lelah berlebihan, hilang nafsu makan, mual hingga muntah.
Cara pencegahannya adalah dengan melakukan aklimatisasi selama 24–72 jam sebelum naik lebih tinggi. Tujuannya agar tubuh terbiasa dengan penurunan kadar oksigen.
BACA JUGA: 5 Tipe Pendaki Gunung saat Tidur, Kamu Termasuk yang Mana?
2. High Altitude Cerebral Edema (HACE)
HACE adalah kondisi lanjutan dari AMS dan jauh lebih serius. Pada tahap ini, tekanan di dalam otak meningkat akibat pembengkakan.
Gejala HACE meliputi sakit kepala hebat, pandangan kabur, disorientasi arah atau kebingungan. Penyakit ini memang jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa.
Pencegahan dan penanganan:
Idealnya penderita harus mendapat asupan air yang cukup. Namun dalam kasus yang parah, penderita justru sulit minum, sehingga perlu segera diturunkan ke ketinggian lebih rendah.
BACA JUGA: Berjalan di Hutan Lebih Baik daripada di Perkotaan: Ini Manfaatnya bagi Kesehatan
3. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
HAPE merupakan kondisi berbahaya di mana terjadi penumpukan cairan di paru-paru akibat udara tipis. Biasanya muncul pada ketinggian di atas 8.000 kaki atau sekitar 2.438 meter dpl.
Gejalanya meliputi batuk kering, napas pendek, kebingungan, hingga demam (pada kondisi akut). Cara penanganannya dengan memberikan oksigen tambahan dan menurunkan penderita ke ketinggian yang lebih rendah.
Meskipun identik dengan aktivitas mendaki, penyakit ketinggian juga dapat muncul di daerah dataran tinggi lainnya, bukan hanya di gunung.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan, mempersiapkan fisik, dan memahami kondisi ketinggian menjadi hal yang sangat penting bagi siapa pun yang melakukan perjalanan ke wilayah pegunungan.
(mc/ns)





