Status Gunung Slamet Naik Jadi Waspada, BPBD Himbau Warga Tetap Tenang

Penampakan Gunung Slamet dari ketinggian – Foto: id.wikipedia.org

Mounture.com — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan status aktivitas vulkanik Gunung Slamet mengalami peningkatan dari sebelumnya level I (Normal) menjadi level II (Waspada).

Terkait hal itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas mengimbau masyarakat setempat untuk tetap tenang dalam menghadapi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet.

“Berdasarkan surat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dengan Nomor 458.Lap/GL.03/BGV/2023 tertanggal 19 Oktober 2023, status Gunung Slamet ditingkatkan dari Level I atau Normal menjadi Level II atau Waspada sejak pukul 08.00 WIB tadi,” kata Kepala BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho dikutip dari Antara.

Ia mengungkapkan bahwa BPBD telah memiliki rencana kontingensi bencana erupsi Gunung Slamet untuk level Jawa Tengah, sehingga pihaknya harus mengikuti rencana kontingensi itu.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Slamet serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya, seperti Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Kabupaten Pemalang dan Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Serayu Wilayah Slamet Selatan di Purwokerto.

“Kami imbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta tidak terpengaruh terhadap berita hoaks yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” katanya.

BACA JUGA:

Langkah PaperOne Jaga Kelestarian Hutan Indonesia

Sejarah Letusan Pegunungan Dieng

Dalam surat bernomor 458.Lap/GL.03/BGV/2023 yang ditandatangani Kepala PVMBG Hendra Gunawan, disebutkan tingkat aktivitas Gunungapi Slamet dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung mulai 19 Oktober 2023, pukul 08.00 WIB.

Berdasarkan evaluasi, kegempaan Gunung Slamet yang wilayahnya meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes itu, pada Oktober 2023 meningkat yang ditandai dengan peningkatan amplitudo tremor menerus yang diikuti dengan terekam gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang.

Peningkatan amplitudo tremor menerus tersebut, menunjukkan peningkatan pemanasan air tanah dalam tubuh Gunung Slamet di kedalaman dangkal, sedangkan terekam gempa tremor harmonik dalam durasi panjang menunjukkan peningkatan embusan dalam tubuh Gunung Slamet. Pengukuran deformasi menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Slamet.

Dengan adanya inflasi pada Stasiuh Tiltmeter Bambangan (Kabupaten Pemalang) yang merupakan stasiun tiltmeter terdekat dengan puncak, menunjukkan tekanan telah bergerak menuju puncak Gunung Slamet atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya.

Hal itu, menunjukkan peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi freatik. Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini, berupa erupsi freatik dan magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar melanda daerah di sekitar puncak dalam radius dua kilometer.

Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah dan melanda daerah yang ditentukan oleh arah serta kecepatan angin.

Terkait dengan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung atau wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.

(mc/ril)