
Foto: instagram/@twa_tangkiling
Mounture.com — Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling yang berlokasi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah merupakan salah satu destinasi wisata alam yang memiliki panorama memukau berupa matahari terbit dan senja terbaik di Palangkaraya.
TWA Bukit Tangkiling terdiri dari sembilan bukit, yaitu Bukit Baranahu, Bukit Tangkiling, Bukit Tunggal, Bukit Bulan, Bukit Buhis, Bukit Tabala, Bukit Kalalaweit, Bukit Liau dan Bukit Tisin.
Wilayah ini di dominasi oleh hutan dan perbukitan. Menyuguhkan pemandangan alam indah dengan pesona matahari terbit dan senja terbaik di Palangkaraya, membuat kawasan ini menjadi kawasan favorit masyarakat sekitar untuk menikmati hari.
Adapun jarak tempuh dari kota Palangkaraya ke kawasan ini kurang lebih sekitar 34 kilometer dengan waktu tempuh 30 menit.
Setiap bukit di TWA Bukit Tangkiling memiliki panorama yang indah dengan sudut-sudut yang berbeda-beda. Mulai dari lembah sampai puncaknya.
Di lokasi itu, pengunjung akan menghirup harum hutan alami saat melakukan pendakian. Untuk mencapai puncak setiap puncak bukit, pengunjung dapat menempuh waktu 30 menit sampai dengan satu jam perjalanan.
BACA JUGA:
Wisata Seru di Gua Batman Probolinggo
Detail Waktu Pendakian Gunung Salak via Ajisaka
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), disebutkan TWA Bukit Tangkiling mempunyai cerita legenda pada salah satu bukitnya, yaitu Bukit Tangkiling.
Legenda tersebut hampir mirip dengan legenda Sangkuriang, Tangkuban Perahu yakni kisah cinta terlarang seorang pemuda bernama Kilin yang ingin menikahi ibu kandungnya sendiri.
Singkat cerita Kilin tidak percaya bahwa wanita yang dicintainya tersebut merupakan ibu kandungnya, dan malapetaka pun terjadi, kapal (Banama) Kilin berubah menjadi batu, dan wanita yang ternyata ibunya akhirnya terjebak dalam batu itu, sedangkan nasib Kilin dan para awak kapal tidak diketahui dengan jelas.
Menurut ceritanya peristiwa ini terjadi pada masa dinasti Tang, maka lokasi peristiwa ini dinamai Tangkiling, sedangkan Kilin menunjukan pada orang yang mengalami peristiwa kutukan ini yaitu si Kilin.
Dari cerita tersebut, akhirnya penyebutannya berubah menjadi Tangkiling pada masa kini, sedangkan batu yang menyerupai kapal dan disebut batu banama dapat dilihat sampai saat ini.
Kendati demikian, bukit tersebut lama kelamaan bisa menjadi tempat yang datar karena pertambangan batu yang semakin meningkat sesuai dengan pembangunan yang makin menggeliat di Kota Palangkaraya
(mc/ril)