(Mounture.com) — Sekitar tahun 2008, di mana waktu itu saya masih berstatus sebagai pelajar, saya di ajak mendaki gunung oleh pembina pramuka di salah satu SMA Negeri di Jakarta. Terdapat beberapa kelompok dalam pendakian ke Gunung Gede via Putri saat itu.
Menjelang pendakian, sekitar 3 hari sebelumnya kami mendapat materi pengetahuan tentang Gunung Gede dengan pembahasannya di mulai dari jalur, lama perjalanan, waktu pendakian, logistik dan lain-lain.
Saat semua sudah dipersiapkan dengan sedemikian rupa, tibalah waktu keberangkatan. Ketika melakukan pendakian, sekolah pun sudah libur karena sehabis kenaikan kelas jadi banyak teman-temanku yang ikut mendaki walaupun bukan dari ekstra kulikuler (ekskul) pramuka di sekolahku tapi meraka sangat antusias untuk ikut pendakian itu.
Pukul 09.00 WIB, kami sudah berkumpul di sekolah untuk bersama-sama menuju Gunung Putri yang merupakan salah satu jalur pendakian di Gunung Gede Pangrango. Menggunakan truk tentara, kami tiba di jalur Putri sekitar pukul 12.00 WIB. Kemudian kami pun melakukan istirahat sejenak dan melakukan registrasi, hingga pukul 14.00 WIB.
Kami mulai mendaki sekitar 30 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok pendakian, satu kelompok didampingi oleh 4-5 orang senior. Dalam setiap kelompok, terdapat penunjuk arah, ketua kelompok, tim medis, dan sweeper.
Aku berada di kelompok pertama berangkat dangan polos yang belum tahu ini itu tentang gunung kuberanikan diri untuk mendaki dengan membaca doa terlebih dahulu. Mulailah kami mendaki tak terasa berjalan sudah mulai masuk hutan dihampit pohon-pohon dengan kondisi jalannya masih berbatu sekitar 1 jam kami berjalan sampailah kami di Pos 1 dan kami beristirahat sejenak.
Saat sedang beristirahat, aku mulai merasakan tidak enak nya beristirahat di Pos 1, pos ini seperti rumah yang sudah di tinggal lama oleh penghuninya ya maklum saja toh ini di hutan jadi seperti tidak terurus tapi dengan kodisi beramai-ramai jadi nggak horor banget keadaan ini malah masih bisa bercanda, maklum anak sekolah masih suka asik sendiri kalo bercanda.
Kemudian, lanjutlah kami menuju pos-pos selanjutnya, setiap tiba di pos kami sempatkan untuk beristirahat dan memastikan keadaan kelompok kami baik-baik saja setiba di Pos 3 sekitar jam 16.00 WIB, ada salah satu dari kelompok kami yang terkilir kakinya dan kami memutuskan untuk beristirahat agak lama.
Karena dari tim senior berdiskusi melaui HT untuk membawa turun atau tetap mengajak naik salah satu peserta yang kakinya terkilir, akhirnya senior kami memutuskan untuk membawanya turun setelah dibuatkan tandu dan didampingin oleh 4 senior lainnya dibawahlah dia turun karena ada senior yang mendapat tugas untuk mendampingin turun dirubahlah struktur kelompoknya, timku jadi hanya di dampingin 2 senior yaitu ketua kelompok dan tim medis.
Sekitar 16.30 WIB, berangkatlah kami untuk melanjutkan perjalanan, sinar matahari yang menembus pohon-pohon di sekitar menemani kami sampai berganti gelap, setelah hari menjadi gelap bersiaplah kami memakai penerangan, aku yang menggunakan senter biasa mulai berjalan hawa sangat dingin.
Saat itu setiba di Pos 4, kami beristirahat tiba-tiba ada 2 wanita lewat diam saja tidak permisi atau menatap kepada kami yang sedang duduk beristirahat, aku perhatikan saat itu, satu wanita membawa tas carrier berwarna merah dan satunya hanya membawa daypack biru.
Tak lama kami berangkat mungkin sekitar 10 langkah dari wanita itu berjalan kami pun mulai berjalan kembali, anehnya kedua wanita itu sudah tidak terlihat lagi, aku positif saja mungkin memang jalannya cepat karena kelompok kami berjalan sangat lambat karena kami benar-benar pemula jadi senior pun sangat mengayomi kami yang rewel kecapean.
Saat itu karena aku belum mengetahui etika saat menyenter, aku pun menyenter ke kiri ke kanan tiba-tiba cahaya senterku menangkap 2 wanita itu sedang beristirahat tapi sepertinya bukan tempat yang nyaman untuk istirahat.
Kendati demikian, tak aku hiraukan saat itu karena pikirku mungkin agar tidak menghalangin jalan, mereka beristirahat di sana kelompok kami melewati mereka yang tak melihatkan wajahnya atau menegur kami yang lewat.
Sekitar jam 19.00 WIB kami beristirahat entah sudah pos berapa karena sudah lelah sekali, kami tak memperhatikan sekitar di mana ada tempat untuk beristirahat, kami beristirahat. Di saat kami beristirahat, wanita itu pun kembali meyusul kami sama seperti kejadian di awal mereka hanya menunduk seperti kelelahan senior kami sempat menegur wanita tersebut tapi tak ada balasan dari wanita itu mungkin tak terdengar atau apalah pikirku saat itu.
Setelah tenaga terisi kembali, kami mulai melanjutkan perjalanan dan kembali seperti awal sudah tidak ada jejak terlihat wanita tersebut. Sesampainya di jalan yang sangat rata menurut senior sembari memberi semangat kepada kami sebentar lagi kita sampai di camp terahir yaitu Surya Kencana gembira saat itu hati kami mendengarnya.
Sebelum kami masuk ke lapangan yang sangat luas, kami seperti melewati gapura sebelum melewati gapura aku melihat sosok wanita tersebut berada di sebelah kanan hutan sedang berdiri menghadap ke puncak gunung karena terlihat tas carrier-nya seperti samar-samar terlihat karena sangat rapat vegetasi di sana tapi aku yakin itu mereka yang melintasi kami saat kami berada di pos-pos tadi.
Berjalanlah kami menuju camp ground untuk mendirikan tenda, senior kami memilih tempat yang dekat dengan air dan jalur munuju puncak saat itu tidak terlalu ramai pendaki hanya ada sekitar 20 tenda kurang lebih.
Malam itu biasa saja bintang sangat dekat malam itu, setelah makan dan beribadah kami beristirahat. Pada pagi hari kami mulai mendaki puncak setelah sampai di puncak aku tidak melihat sosok wanita tersebut di puncak atau mungkin tidak muncak entahlah, tapi kenapa malam itu mereka berada di hutan sebelah kanan dan tak merespon teguran kami dan beristirahat di kajauhan jalur?
Mereka memakai tas carrier berwarna merah dan daypack biru perawakanya bukan seperti gadis Indonesia mereka seperti dari negara lain. (Kiriman email dari haratour4615@gmail.com – Instagram: @jumali_wibowo).