Kesurupan di Gunung: Kepercayaan dan Penjelasan Ilmiah

Fenomone Kesurupan di Gunung

Mounture.com — Saat mendaki gunung atau berada di tempat-tempat terpencil, fenomena kesurupan memang sering menjadi cerita yang berkembang di tengah masyarakat.

Adapun fenomena tersebut seringkali dikaitkan dengan hal mistis, kendati secara ilmiah bisa dijelaskan. Namun demikian, budaya dan kepercayaan lokal juga punya peran besar dalam membentuk persepsi seseorang terhadap kejadian semacam ini.

Di banyak daerah di Indonesia, terutama di kawasan pegunungan, masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai spiritual.

Beberapa keyakinan umum yang sering dikaitkan dengan kesurupan antara lain adanya penunggu gunung atau makhluk gaib, serta gunug sebagai tempat spiritual.

Di sisi lain, banyak pakar menyebut bahwa kejadian kesurupan juga bisa dijelaskan secara ilmiah dan psikologis, terutama ketika seseorang berada di kondisi fisik dan mental yang ekstrem.

BACA JUGA:

Detail Pendakian Gunung Sumbing via Batursari

TNGM Keluarkan Peringatan Resmi untuk Pendaki Ilegal Gunung Merapi

Berikut beberapa faktor yang bisa memicunya, antara lain:

1. Kelelahan Fisik dan Mental

Pendaki yang terlalu lelah bisa mengalami disorientasi dan halusinasi ringan.

2. Stres dan Sugesti Lingkungan

Cerita horor, kondisi gelap dan dingin bisa menimbulkan ketegangan berlebih. Lingkungan yang gelap, sunyi, dan menakutkan bisa memicu reaksi psikologis yang tidak disadari.

3. Gangguan Psikosomatik

Stres mental bisa berdampak langsung pada reaksi fisik yang tidak biasa.

4. Dehidrasi

Kekurangan cairan dapat menurunkan fungsi otak, memicu kebingungan atau hilang kesadaran.

5. Hipoglikemia (Gula Darah Rendah)

Gejala seperti gemetar, lemas, bahkan reaksi fisik tak terkendali bisa muncul.

6. Kurang Tidur

Otak jadi sulit berkonsentrasi, mudah panik, bahkan bisa “lepas kendali”.

7. Altitude Sickness (Disorientasi Ketinggian)

Bisa memicu halusinasi, rasa pusing, hingga kehilangan kesadaran.

8. Serangan Kecemasan atau Panik

Tubuh bisa bereaksi ekstrem, seperti menangis, menjerit, atau gemetar hebat.

9. Sugesti dan Ketakutan Berlebihan

Ketika suasana dan cerita mistis mendominasi, otak bisa menciptakan pengalaman “gaib” melalui autosugesti.

10. Hiperventilasi

Pernapasan cepat saat panik menurunkan kadar CO2 dalam darah, memicu pusing atau halusinasi.

11. Histeria Massal (Mass Hysteria)

Jika satu orang mengalami “kesurupan”, orang lain bisa ikut terpengaruh secara psikologis.

12. Gangguan Dissociative atau Trance

Orang dengan trauma tertentu bisa “terpicu” oleh lingkungan ekstrem.

13. Kondisi Medis Tertentu

Beberapa kondisi seperti epilepsi non-kejang atau PTSD bisa menimbulkan gejala mirip kesurupan.

14. Overstimulasi Sensori
Suara angin, bayangan kabut, hingga aroma tertentu bisa memicu ilusi menakutkan.

15. Efek Nocebo (Placebo Negatif)

Kepercayaan kuat bahwa suatu tempat “angker” bisa membuat tubuh menunjukkan reaksi yang seolah nyata.

Secara keseluruhan, orang yang kesurupan memang mengalami sesuatu yang nyata bagi dirinya sendiri. Tapi, apakah itu karena makhluk gaib atau faktor lain? Jawabannya bisa sangat tergantung dari sudut pandang yang digunakan yakni spiritual atau ilmiah.

Apa pun kepercayaannya, tetap penting untuk menjaga sopan santun di alam, memahami kondisi fisik dan mental sebelum mendaki, tidak meremehkan cerita atau kepercayaan masyarakat setempat. Karena alam bukan hanya soal fisik, tapi juga soal rasa dan penghormatan.

(mc/ril/pd)