Tragedi Kelam Gunung Rinjani: Tujuh Pendaki Muda Tewas di Jalur Sembalun

Danau Segara Anak di Gunung Rinjani

Danau Segara Anak di Gunung Rinjani – Foto: Kementerian LHK

Mounture.com — Gunung Rinjani, ikon alam megah di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyimpan catatan tragedi kelam dalam sejarah pendakian Indonesia.

Pada awal Maret 2007, tujuh pendaki muda ditemukan tewas secara tragis di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Insiden ini menjadi pengingat bahwa keindahan alam harus disertai dengan persiapan dan kewaspadaan.

Dikutip dari berbagai sumber, disebutkan bahwa para korban diketahui berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa asal Lombok Timur dan Lombok Tengah.

Mereka adalah CA, pelajar dari Dasan Baru, Aikmel, Lombok Timur, AS, mahasiswa dari Dusun Lokan, Desa Mujur, Praya Timur, HH, mahasiswa dari Dusun Rensing, Sakra Barat, serta AR, AH, AY, dan S, mahasiswa dan pemuda asal Mujur, Praya Timur, Lombok Tengah.

BACA JUGA: Evakuasi Korban Jatuh di Gunung Rinjani Berhasil Diselesaikan

Karena diduga tidak masuk melalui jalur resmi, keberangkatan mereka sempat luput dari pengawasan petugas taman nasional. Laporan kehilangan baru masuk setelah beberapa hari mereka tak kunjung kembali ke rumah.

Tim SAR gabungan dari TNGR, Basarnas, relawan, polisi, dan porter lokal dikerahkan untuk pencarian di tengah cuaca ekstrem, kabut tebal dan hujan deras menyelimuti Rinjani kala itu.

Pada Sabtu, 10 Maret 2007 pukul 18.00 WITA, tiga jenazah pertama ditemukan membeku di sekitar kilometer 11 jalur pendakian.

Evakuasi berlanjut hingga Senin malam, 12 Maret, ketika empat jenazah lainnya berhasil ditemukan dan dibawa turun melalui jalur Sembalun. Medan terjal dan kondisi alam yang berat menyulitkan upaya penyelamatan.

BACA JUGA: Tips Aman untuk Pendaki Wanita Solo: Tetap Nyaman dan Percaya Diri saat Mendaki

Dari lokasi kejadian, tidak ditemukan cukup logistik atau perbekalan. Posisi tubuh korban yang terpisah sekitar 100–200 meter menunjukkan adanya upaya bertahan hidup dan saling mencari bantuan.

Dugaan sementara menyebutkan bahwa kedinginan (hipotermia), kelelahan, dan kekurangan makanan menjadi faktor utama penyebab kematian mereka. Namun, hingga akhir proses evakuasi, penyebab pasti belum dapat dipastikan secara resmi.

Peristiwa ini menyisakan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi seluruh komunitas pendaki di Indonesia.

Gunung Rinjani memang menawarkan panorama luar biasa, tetapi tragedi ini menjadi pengingat keras bahwa alam bisa berubah menjadi sangat berbahaya jika tak dihadapi dengan persiapan matang dan kesadaran penuh akan risiko.

(mc/ril)