Populasi Elang Jawa Alami Penurunan

(Mounture.com) — Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mengungkapkan bahwa populasi Elang Jawa mengalami penurunan dari kurang lebih 20 individu di tahun 2017 menjadi kurang lebih 12 individu di tahun 2018.

Berdasarkan hasil monitoring populasi Elang Jawa yang dilaksanakan pada tahun 2018 di 4 lokasi di Bidang PTN Wilayah I Cianjur, yaitu Blok Geger Bentang, Blok Danau Mandalawangi, Blok Ciheulang, dan Blok Citatah diketahui bahwa jumlah perjumpaan Elang Jawa selama pengamatan sebanyak 17 kali dengan total perkiraan individu yang teramati pada saat monitoring adalah 6 individu.

Aktivitas Elang Jawa yang banyak dijumpai selama pengamatan adalah terbang memutar (soaring) dan bertengger (perching). Aktivitas ini banyak dijumpai sekitar pukul 09.00 – 12.00 WIB dan diduga Elang Jawa tersebut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Selain itu, terdapat juga aktivitas lain seperti terbang melintas (display) dan diprediksi perilaku kawin.

Dalam laman resminya www. gedepangrango.org, disebutkan pendugaan (estimasi) populasi Elang Jawa diperoleh dengan cara mengalikan jumlah lokasi konsentrasi dengan jumlah ukuran populasi pada lokasi konsentrasi tersebut.

Jumlah lokasi konsentrasi 4 lokasi, sedangkan jumlah total ukuran populasi pada lokasi konsentrasi pada keseluruhan monitoring adalah 3. Sehingga diperoleh nilai pendugaan populasi pada lokasi pengamatan adalah kurang lebih 12 individu.

Adapun penurunan populasi Elang Jawa tersebut disebabkan antara lain:

1. Peluang perjumpaan secara langsung dengan Elang Jawa berbeda-beda setiap monitoring, salah satu faktor utama yang berpengaruh di lapangan adalah cuaca. Ketika cuaca mendung atau hujan, perjumpaan dengan Elang Jawa menjadi nihil atau nol. Perjumpaan nihil atau nol diartikan belum tentu tidak ada Elang Jawa, namun Elang Jawa tidak beraktivitas saat itu, sehingga keberadaannya tidak terdeteksi oleh tim di lapangan.

2. Adanya aktivitas perburuan burung. Tidak menutup kemungkinan adanya aktivitas illegal perburuan burung Elang Jawa, dan termasuk satwa mangsa (prey-nya).

3. Penggunaan pestisida yang berlebihan pada lahan pertanian yang berbatasan dengan habitat Elang Jawa. Di mana Elang Jawa merupakan top predator bagi fauna yang berada dibawahnya. Tidak jarang Elang Jawa juga memangsa hewan besar seperti tikus, ayam, tupai, kelelawar, katak, ular, musang, dan sebagainya.

Hewan buruan ini yang secara tidak langsung memakan pestisida. Tentu racun pestisida ini menjadi berbahaya bagi Elang Jawa yang dapat menyebabkan kematian. Dari segi jumlah makanannya, ketersediaan hewan buruan juga akan makin menipis apabila rantai makanan ini terganggu dan Elang Jawa tentu akan kesulitan dalam mencari mangsa.

4. Elang Jawa memiliki sistem reproduksi yang lambat. Rata-rata burung pemangsa memang jarang bertelur dan jumlah anaknya pun sangat sedikit. Elang Jawa berkembang biak setiap 2 tahun sekali dengan jumlah anak umumnya 1 ekor saja.

Elang Jawa ini biasanya hanya kawin dengan satu pasangan yang sama seumur hidupnya. Umur Elang Jawa yang siap berkembang biak pada umur 3-4 tahun dengan masa eram 44-48 hari. Setelah anak Elang Jawa menetas, selama 1,5 tahun anak Elang Jawa itu akan dibesarkan induknya.

Menurut IUCN status Elang Jawa adalah endangered species atau terancam punah dan diramalkan akan punah pada tahun 2025. (MC/PC)

Sumber dan Foto: dok. TNGGP