Pemberlakuan Sistem Kuota Cegah Kerumunan Pendaki

  • 14 October 2020 06:58

dok. tngciremai.com

Mounture.com — Di tengah pandemi Covid-19, beberapa gunung yang ada di Indonesia memberlakukan protokol kesehatan yang ketat bagi para pengunjungnya. Salah satunya Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

Adapun penerapan protokol kesehatan yang dilakukan TNGC salah satunya adalah menerapkan sistem kouta untuk aktivitas kunjungan. Kuota ini berlaku bagi aktivitas kemping, trekking, jasa makan-minum, dan pendakian.

“Semua aktivitas kunjungan wisata alam di gunung Ciremai ada kuotanya,” kata Kepala Balai TNGC, Kuswandono seperti dikutip dari laman TNGC, tngciremai.com, akhir pekan lalu.

Penerapan sistem kuota ini berlaku di empat jalur pendakian gunung dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, yakni Apuy dan Linggajati di Majalengka, Linggasana serta Palutungan di Kuningan.

“Untuk jalur Palutungan tersedia kuota 75 tenda bagi 149 pendaki. Di jalur Linggajati ada kuota 35 tenda bagi 69 pendaki. Sedangkan di jalur Linggasana tersedia kuota 33 tenda bagi 65 pendaki. Terakhir, di jalur Apuy tersedia 69 tenda untuk 137 pendaki,” jelas Kuswandono.

Menurut dia, kuota tersebut didapatkan berdasarkan hasil penghitungan daya dukung dan daya tampung oleh petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). “Panjang dan lebar jalur pendakian pada zona pemanfaatan berpengaruh terhadap besaran kuota,” ujarnya.

Adapun pendaki hanya diperkenankan mendirikan tenda di Transit Camp (TC) yang telah tersedia di beberapa titik jalur. Seperti di jalur Linggasana ada TC 1 Linggabuana, TC 2 Astaniah, dan TC 3 Ki Pasang.

“Kuota inilah (transit camp) yang dibooking pendaki saat melakukan pendaftaran pada website www.tngciremai.com,” kata Kuswandono.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa penerapan kuota pun mencakup penjadwalan keberangkatan pendaki sehingga mencegah kerumunan pendaki. “Keberangkatan pendaki antara pukul 7 pagi hingga pukul 11 siang saja sehingga tidak diperkenankan pendakian malam hari dan terpenting tak ada kerumunan,” katanya.

Selain mencegah kerumunan pendaki, lanjut dia, kuota juga mencegah kerusakan kawasan akibat aktivitas kemah pendaki. “Dengan terpusatnya kemah pendaki, maka hal ini meminimalisir kerusakan kawasan,” pungkasnya. (MC/RIL)