Mounture.com — Gunungapi yang ada di Indonesia kerap kali memunculkan letusan-letusan yang menimbulkan gas belerang yang bisa menimbulkan masalah pada kesehatan.
Menurut Canadian Centre of Occupational Health and Safety (CCOHS), belerang di udara bebas akan bercampur dengan Oksigen (O2) membentuk senyawa gas yang disebut Sulphur Dioxida (SO2).
Gas SO2 ini jika terhirup oleh manusia, apalagi dalam jumlah dan waktu yang lama, akan menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, antara lain:
BACA JUGA:
Kiat Mendaki Gunung Anjasmoro di Jawa Timur
Panorama Desa Ranupani dan Argosari di Lumajang
1. Terhirup
Jika gas belerang terhirup maka akan menyebabkan iritasi parah pada saluran nafas. Orang-orang dengan penyakit asma akan sangat mudah untuk kambuh kembali.
Selain itu akan menyebabkan kondisi yang disebut Reactive Airway Dysfunctional Syndrome (RADS) di mana fungsi dari pernafasan menjadi tidak bekerja secara tiba-tiba, dan menyebabkan kematian.
2. Terkena kulit
Gas belerang yang terpapar kulit akan menyebabkan iritasi, gatal, rasa panas seperti terbakar, hingga perubahan konsistensi kulit menjadi keras. Hal ini terjadi karena kandungan sulfur yang berlebih akan mengakibatkan kulit memproduksi lapisan keratin lebih banyak sebagai respon perlindungan.
3. Terkena mata
Saat terkena mata, belerang akan mengakibatkan iritasi pada kornea mata. Lapisan kornea akan terkikis hingga dapat menyebabkan kebutaan.
Nah, lantas apakah bau belerang yang biasa kita hirup ketika melakukan pendakian di gunung, atau air panas yang mengandung belerang berbahaya?
Jawabannya adalah tidak berbahaya karena kandungan sulfurnya masih dalam batas aman. Kendati demikian, pada prinsipnya apa yang berlebihan, selalu tidak baik, jadi selama tidak terlalu sering terpapar, masih aman.
(mc/pc)