Serunya ‘Berburu’ Burung Pakai Lensa di TWA Kerandangan

Foto: Indonesia Travel

Mounture.com — Kegiatan wisata berburu burung-burung liar dengan menggunakan lensa atau bird watching memang masih belum begitu populer dibanding wisata-wisata lainnya di Indonesia.

Namun, kegiatan yang masuk ke dalam wisata minat khusus itu terbilang menyuguhkan keseruan saat melakukan perburuan dengan lensa, di mana wisatawan bakal menemukan berbagai macam spesies burung yang seringkali belum pernah ditemukan sebelumnya.

Salah satu lokasi bird watching yang bisa dikunjungi ialah Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan yang berada di Nusa Tenggara Barat (NTB). Lebih dari 300 hektare area hutan konservasi menjadi rumah dan tempat singgah bagi sekitar 56 spesies burung liar.

Termasuk burung endemik Celepuk Rinjani serta burung-burung cantik lain seperti Cekakak Sungai berwarna biru cantik, Paok Laus (Pitta Elegans), juga Elang Flores. Burung-burung ini dapat dilihat menggunakan teropong yang disediakan pengelola, maupun dengan mata telanjang, jika kita beruntung.

Dikutip dari laman Indonesia Travel, disebutkan bahwa untuk melakukan kegiatan bird watching tersebut, wisatawan bakal ditemani oleh pemandu melalui jalur trekking yang dipagari pepohonan rindang, sambil menunjukkan lokasi di mana burung tertentu biasa hinggap, atau membawa kalian ke wilayah penyamaran untuk mengintip tempat nongkrong burung-burung ini.

Pemandu juga akan menjelaskan sifat dan keunikan setiap burung tersebut, sehingga selama di sini wisatawan dapat banyak wawasan baru. Perlu diingat, saat melakukan kegiatan itu disarankan memakai baju tanpa berwarna mencolok dan tidak bersuara keras, agar burung merasa nyaman dan mau muncul.

Di zona kamuflase, dengan siulan khas, pemandu memanggil burung tertentu, misalnya Paok Laus, yang akan menjawab dengan siulan serupa. Tak berapa lama, burung yang dipanggil akan muncul di bebatuan tepat di depan kita, hanya terpisah jaring kamuflase.

BACA JUGA:

Festival Nasional Reog Ponorogo Didorong untuk Jadi Event Skala Internasional

Rekomendasi Lokasi Campervan di Yogyakarta

Salah satu foto koleksi dari Wahyudi Amin – Foto: dok. pribadi

Saat berkeliling, wisatawan bisa dipandu oleh Wahyudi Amin, salah satu inisiator wisata bird watching yang awalnya adalah petugas jaga dan kebersihan di taman wisata alam.

Ia tergerak untuk mengembangkan potensi wisata alam bird watching setelah melihat banyak turis datang membawa teropong atau kamera, karena area ini ternyata merupakan wilayah yang disukai burung liar.

Bermodalkan buku panduan internasional serta pengamatan langsung selama bertahun-tahun, serta kerja sama dengan kawan akademisi, Wahyu pun mengembangkan data awal yang dimiliki TWA.

Karena itu, ia dapat memberikan informasi lengkap burung apa, di spot mana, serta kapan munculnya. Wahyu juga melakukan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam, serta nilai ekonomi yang dimiliki potensi wisata alam tersebut.

Kini, selain turut mengelola, beberapa warga juga jadi mitra polisi hutan melakukan patroli di kawasan TWA secara berkala. Bahkan, hutan ini juga jadi lokasi pelepasliaran kembali satwa yang dicuri.

Waktu kunjungan terbaik menurut Wahyu adalah bulan Juni hingga Agustus. Sekarang mulai banyak wisatawan domestik yang datang, karena tren wild life tengah marak, sehingga dalam setahun, Wahyu dan tim bisa memandu sampai 50 trip.

Berkat pengembangan wisata minat khusus ini, masyarakat tak hanya lebih cinta lingkungan, tapi juga meningkat ekonominya berkat lapangan kerja baru di lingkungan TWA.

“Burung lebih berharga saat berada di alam bebas, daripada saat berada dalam sangkar,” tegas Wahyu dikutip Mounture.com dari laman Indonesia Travel, Kamis, 20 Juli 2023. (MC/RIL)