Curug Candung Tasikmalaya: Air Terjun Asri di Tengah Hutan Pinus

Curug Candung Tasikmalaya

Foto: Instagram/@wisatacurug_candung

Mounture.com — Provinsi Jawa Barat dikenal dengan banyak destinasi wisata alam, salah satunya adalah Curug Candung. Terletak di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, curug ini menjadi pilihan tepat bagi wisatawan yang ingin menepi sejenak dari hiruk pikuk perkotaan.

Sejak resmi dibuka pada tahun 2017, Curug Candung langsung menarik perhatian karena suasananya yang masih asri, dikelilingi hutan pinus, dan udara yang sejuk.

Daya tarik utama Curug Candung adalah keindahan alamnya yang masih alami. Kawasan ini termasuk dalam hutan yang dikelola oleh Perhutani, sehingga pepohonan rindang tumbuh subur, terutama pohon pinus yang mendominasi pemandangan.

Untuk mencapai air terjun, pengunjung perlu melakukan trekking singkat. Namun perjalanan tetap terasa menyenangkan berkat udara sejuk dan suasana hutan yang menenangkan.

Di lokasi utama, terdapat dua air terjun berdekatan dengan debit air berbeda. Air terjun di sisi kanan memiliki aliran lebih deras, sementara yang di sisi kiri lebih tenang

Pengunjung bisa berendam di kolam alami atau merasakan segarnya deburan air langsung di bawah curug. Air di Curug Candung berasal dari aliran kaki Gunung Karacak Garut, sehingga terasa jernih dan menyegarkan.

BACA JUGA: Pendaki Wajib Tahu! Rincian Tarif dan Aturan Gunung Ciremai via Sadarehe 2025

Jam operasional wisata buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB. Dengan biaya ekonomis, destinasi ini cocok dikunjungi bersama keluarga maupun kerabat.

Terdapat dua alternatif rute untuk menuju Curug Candung, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat:

Roda dua

– Melalui Gerbang Patrol, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut

– Lanjutkan perjalanan ke Desa Sirnagalih, Kecamatan Cigalontang

– Jarak tempuh sekitar 3,5 km

Roda empat

– Akses melalui perkebunan pinus Cirorek, Kecamatan Cilawu

– Jarak tempuh kurang lebih 6 km

Tips: sebaiknya hindari datang pada musim hujan karena jalur trekking bisa menjadi licin dan berbahaya

(mc/ril)