Mounture.com — Meski tak setenar bunga Edelweis, namun tumbuhan ini memiliki daya tarik tersendiri, yaitu Cantigi atau bahasa latinnya Vaccinium varingiaefolium.
Cantigi adalah tumbuhan yang umumnya tersebar di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), kendati ada catatan juga di tempat yang lebih rendah.
Flora ini dapat tumbuh pada tanah dengan ‘ph’ atau kadar keasaman rendah dan hidup pada kondisi tanah yang mengandung ‘alumunium’ tinggi.
Tumbuhan dari suku ‘Ericaceae’ ini memiliki perawakan kerdil, kayu keras dan bengkok-bengkok. Dari kejauhan mudah untuk membedakan Cantigi dengan tumbuhan lain melalui warna daun mudanya yang berwarna ungu kemerahan.
BACA JUGA:
Simak! Pendaki Gunung Harus Tahu Ini
Kopi Gayo Masuk 10 Besar Kopi Terbaik Dunia versi TasteAtlas
Sedangkan bunga Cantigi berbentuk malai atau untaian yang berwarna sama seperti daun muda. Bunga tersebut kemudian menjadi buah berwarna hijau. Lalu menjadi biru kehitaman ketika sudah matang.
Dikutip dari laman Taman Nasional Gunung Ciremai, disebutkan bahwa manfaat Cantigi banyak yang belum mengetahui, di mana posisi Cantigi yang tumbuh di samping kiri dan kanan jalur pendakian terbilang sangat membantu pendaki.
Saat kondisi jalur licin, pendaki dapat memanfaatkan batang dan akar Cantigi sebagai pegangan. Pendaki pun tak perlu khawatir tumbuhan ini tercabut, sebab Cantigi memiliki akar tunggang yang bercabang sehingga mencengkram kuat tanah.
Saat kondisi darurat, pendaki pun dapat memanfaatkan buah dan daun muda (pupus) Cantigi untuk makanan bertahan hidup (survival).
Buah Cantigi berasa sedikit pahit, manis dan berserat sedangkan pupusnya sedikit kelat tetapi masih dapat diterima lidah. Selain itu, buah dan daun muda juga bermanfaat sebagai obat demam dan penyegar badan.
Ketika kemalaman, pendaki dapat menggunakan Cantigi sebagai tempat berlindung. Ranting dan daunnya yang rimbun bisa menghalangi angin sehingga sangat cocok untuk ‘bivak’ istirahat. Pada kondisi tersebut, tentu lebih nyaman bila pendaki menggunakan tenda.
(mc/ril)