Legenda Gunung Kelud: Cinta Terlarang Dewi Kilisuci dan Sumpah Lembu Suro

Gunung Kelud via Karangrejo

Foto: Instagram/@veronikaayu029

Mounture.com — Bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri, Gunung Kelud bukan sekadar gunung berapi aktif, melainkan simbol kisah cinta yang berakhir tragis.

Berbeda dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat yang terbentuk karena murka seorang anak terhadap ibunya, Gunung Kelud diyakini lahir dari pengkhianatan cinta Dewi Kilisuci kepada dua raja sakti.

Dikisahkan, Dewi Kilisuci, putri dari Raja Jenggolo Manik, terkenal akan kecantikan dan kesuciannya. Kabar kecantikan sang putri sampai ke telinga dua raja sakti, yakni Lembu Suro, raja berkepala lembu, dan Mahesa Suro, raja berkepala kerbau. Keduanya datang untuk melamar sang putri, namun Dewi Kilisuci tak ingin menikah dengan makhluk bukan manusia.

Untuk menolak lamaran tanpa menyinggung keduanya, Dewi Kilisuci membuat sayembara mustahil yakni Mahesa Suro dan Lembu Suro diminta membuat dua sumur di puncak Gunung Kelud dalam waktu satu malam, satu harus berbau wangi, dan satunya lagi berbau amis.

Dengan kesaktian luar biasa, kedua raja itu berhasil menyelesaikan tugas tepat sebelum ayam berkokok. Namun, Dewi Kilisuci yang tetap enggan menerima lamaran mereka, mengajukan syarat terakhir, kedua raja harus membuktikan sendiri bau sumur itu dengan masuk ke dalamnya.

BACA JUGA: Waspada! Ini Dampak Berbahaya Jika Kurang Persiapan Sebelum Mendaki Gunung

Setelah Mahesa Suro dan Lembu Suro masuk ke sumur dalam di puncak gunung, Dewi Kilisuci memerintahkan para prajurit menimbun mulut sumur dengan batu besar. Kedua raja sakti itu tewas terperangkap di dalamnya.

Namun, sebelum mati, Lembu Suro mengucapkan sumpah dalam bahasa Jawa:

“Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi kedung.”

Artinya:

“Ya, orang Kediri suatu saat akan mendapat balasanku yang besar. Kediri akan menjadi sungai, Blitar akan menjadi daratan, dan Tulungagung menjadi danau.”

Sejak saat itu, masyarakat percaya setiap letusan Gunung Kelud adalah wujud sumpah Lembu Suro yang menagih janji.

Mengutip informasi dari Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, sumpah Lembu Suro yang diyakini membawa bencana besar membuat warga di lereng Kelud menggelar upacara Larung Sesaji sebagai bentuk tolak balak.

Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 23 bulan Sura, di Desa Sugihwaras, Kediri. Dalam ritual ini, warga membawa berbagai sesajen seperti hasil bumi, kepala kerbau, dan tumpeng ke sumber air di sekitar gunung sebagai simbol rasa syukur dan permohonan keselamatan agar Gunung Kelud tetap tenang dan tidak meletus.

Kisah Gunung Kelud tidak sekadar cerita mitos, tetapi juga mengandung pesan moral. Legenda ini menggambarkan akibat dari pengkhianatan dan tipu daya, serta peringatan tentang kekuatan alam yang tak bisa diremehkan. Gunung Kelud pun menjadi simbol keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual yang menguasai kehidupan.

(mc/ril)