Jejak Sejarah di Jalur Pendakian Gunung Arjuno-Welirang via Tambaksari

Penampakan Gunung Arjuno – Foto: Tahura Raden Soerjo

Mounture.com — Jalur pendakian Gunung Arjuno-Welirang via Tambaksari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, tidak hanya menawarkan keindahan alam pegunungan. Jalur ini juga menyimpan beragam jejak peninggalan sejarah yang erat kaitannya dengan masa kejayaan Kerajaan Singhasari dan Majapahit.

Gunung Arjuno dikenal dalam tradisi Jawa sebagai tempat suci bagi pertapaan para resi dan raja. Banyak situs-situs kuno yang masih tersembunyi di balik lebatnya hutan di kawasan ini.

Salah satu peninggalan sejarah yang sering disebut adalah struktur batu yang menyerupai reruntuhan candi kecil.

Menurut penelitian yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, di kawasan lereng Arjuno-Welirang memang ditemukan beberapa struktur batu kuno yang diduga berkaitan dengan aktivitas keagamaan masa lalu.

Arkeolog senior dari Universitas Indonesia, Prof. Mundardjito yang juga disebut sebagai Bapak Arkeologi Indonesia dalam seminar pelestarian situs pegunungan pada tahun 2019 pernah mengungkapkan bahwa Gunung Arjuno dan Welirang merupakan kawasan sakral sejak masa klasik Jawa Timur.

“Banyak petilasan, tempat pertapaan, hingga fragmen bangunan kuno ditemukan di lerengnya,” ungkapnya.

BACA JUGA: Gunung Penanggungan, Destinasi Ideal untuk Pendaki Pemula di Jawa Timur

Selain itu, terdapat pula cerita mengenai petilasan tokoh spiritual di jalur Tambaksari. Banyak pendaki lokal mempercayai adanya lokasi pertapaan kuno yang digunakan untuk ritual penyucian diri.

Biasanya, tempat ini dihormati dengan cara melakukan “selamatan” sederhana sebelum melanjutkan pendakian.

Tak jauh dari jalur ini, beberapa sumber air alami juga dipercaya sebagai bagian dari tradisi petirtaan (pemandian suci).

Tradisi ini mirip dengan konsep Petirtaan Jolotundo yang lebih dikenal, meskipun lokasinya berbeda arah. Menurut catatan sejarah, ritual penyucian di pegunungan sangat penting dalam ajaran Hindu-Buddha yang berkembang pada abad ke-10 hingga 14 di Jawa Timur.

BACA JUGA: Kopi Lokal dengan Penyajian Unik yang Wajib Dicoba di Indonesia

Jalur Tambaksari juga berbatasan dengan kawasan hutan mistis Alas Lali Jiwo, yang kerap diceritakan sebagai tempat “melupakan dunia”. Kisah-kisah tentang pendaki yang tersesat atau mengalami “pengaburan jalur” di kawasan ini masih kerap terdengar hingga kini.

Dengan potensi tersebut, jalur Tambaksari sebenarnya bukan hanya destinasi bagi pecinta alam, tetapi juga bagi pencinta sejarah dan budaya. Sayangnya, minimnya promosi dan penelitian terfokus membuat banyak situs bersejarah ini belum banyak dikenal publik.

Adapun bagi pendaki yang akan melakukan pendakian melalui jalur ini maka penting untuk menghormati situs-situs sejarah dan jangan merusak struktur batu atau petilasan.

Selain itu, gunakan jasa pemandu lokal untuk mendapatkan cerita sejarah lebih lengkap. Serta pastikan untuk membawa bekal secukupnya karena jalur Tambaksari masih tergolong sepi dibandingkan jalur lain.

(mc/ril)