Fenomena Angin Turun di Malam Hari: Risiko Tersembunyi saat Berkemah di Lereng Gunung

Lereng Gunung

Mounture.com — Pendakian dan aktivitas berkemah di lereng gunung semakin diminati, terutama oleh pendaki yang mencari pengalaman lebih dekat dengan alam. Namun, pakar meteorologi mengingatkan adanya fenomena angin turun pada malam hari yang kerap tidak disadari pendaki. Fenomena ini, jika diabaikan, dapat meningkatkan risiko gangguan kenyamanan hingga ancaman hipotermia.

Dalam kajian meteorologi pegunungan, aliran udara di wilayah bergunung memiliki pola unik yang berubah antara siang dan malam. Pada siang hari, lereng gunung menerima lebih banyak panas matahari sehingga udara hangat bergerak naik, menciptakan angin lembah (valley wind). Namun saat malam tiba, prosesnya berbalik.

Udara di puncak gunung mendingin jauh lebih cepat dibandingkan udara di lembah. Pendinginan ini meningkatkan massa jenis udara, membuatnya bergerak turun melalui lereng menuju kaki gunung. Aliran udara ini dikenal sebagai angin gunung (mountain breeze).

Sejumlah faktor ikut menentukan seberapa kuat angin gunung bertiup, meliputi ketinggian gunung, perbedaan suhu antara puncak dan lembah, kemiringan lereng, hingga kondisi cuaca cerah yang mempercepat pelepasan panas malam hari. Pada gunung-gunung dengan elevasi lebih tinggi, perbedaan suhu bisa lebih ekstrem sehingga angin turun terasa lebih kuat.

BACA JUGA: 5 Kegunaan Flysheet saat Mendaki Gunung

Menurut beberapa penggiat outdoor berpengalaman, angin dingin ini sering dirasakan sebagai “hembusan tajam” yang langsung menurunkan temperatur tubuh saat malam tiba.

Bagi pendaki yang mendirikan tenda di area lereng terbuka, kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, sulit tidur, hingga tekanan dingin yang berpotensi berbahaya.

“Banyak pendaki tidak menyadari bahwa lokasi camp di lereng bisa langsung menerima hembusan angin turun. Jika tidak memilih tempat yang terlindung, risikonya adalah paparan dingin berlebih,” ujar Sofian, salah satu pegiat outdoor di Jawa Barat, belum lama ini.

Selain memengaruhi kenyamanan, fenomena angin gunung juga dapat berdampak pada stabilitas tenda. Angin yang bergerak turun dari puncak dapat menimbulkan tekanan horizontal pada struktur tenda, terutama pada model ultralight yang dirancang untuk bobot minimal.

BACA JUGA: Jalur Pendakian Gunung Penanggungan via Genting Tawarkan Rute Bersejarah dan Pemandangan Memukau

Berbagai pakar pendakian menyarankan beberapa langkah pencegahan agar pendaki tetap aman saat berkemah di lereng gunung:

1. Pilih lokasi yang terlindungi seperti area di balik batu besar, tebing kecil, atau vegetasi rapat.

2. Perhatikan arah angin sebelum mendirikan tenda. Pintu tenda sebaiknya tidak menghadap langsung sisi puncak.

3. Gunakan flysheet dan pasak tambahan agar tenda lebih kokoh menghadapi angin malam.

4. Hindari cekungan rendah, karena meski terlindung dari angin, area ini sering menjadi tempat berkumpulnya udara dingin.

5. Gunakan perlengkapan termal, termasuk jaket windproof dan sleeping bag sesuai rating ketinggian gunung.

(mc/ns)