
Danau Kaco di Jambi- Foto: Pegipegi.com
Mounture.com — Di balik rimbunnya hutan Taman Nasional Kerinci Seblat, terdapat sebuah danau seluas 30 × 30 meter yang memancarkan pesona tak biasa. Danau Kaco, yang terletak di Kabupaten Kerinci, Jambi, menjadi salah satu destinasi wisata alam paling memesona di Sumatera. Kejernihan airnya begitu bening, hingga dasar danau dapat terlihat jelas meskipun tanpa pencahayaan tambahan.
Namun keindahan Danau Kaco bukan satu-satunya alasan banyak orang mendatanginya. Di balik permukaan air biru yang tenang dan jernih itu, tersimpan sebuah legenda tua yang hidup bersama masyarakat adat Lempur selama ratusan tahun.
Menurut kepercayaan masyarakat adat Lekuk 50 Tumbi, Danau Kaco memiliki kemampuan memancarkan cahaya keemasan saat malam tiba. Cahaya ini begitu terang sehingga orang-orang yang bermalam di sekitarnya tidak memerlukan penerangan tambahan.
Cerita ini diwariskan turun-temurun, menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Lempur, dan bahkan sejalan dengan kisah-kisah dari para tetua adat hingga dokumentasi yang disusun oleh TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat).
BACA JUGA: 5 Kegunaan Flysheet saat Mendaki Gunung
Kisah Danau Kaco bermula di masa ketika Lekuk 50 Tumbi diperintah oleh seorang Depati yang memiliki putri yang terkenal sangat cantik jelita. Kecantikan sang putri tersebar hingga ke kerajaan-kerajaan lain, membuat banyak pangeran dan raja datang untuk meminangnya.
Setiap pangeran dan raja membawa hantaran berharga berupa emas, intan, dan permata untuk memohon restu.
Namun Sang Raja menghadapi dilema besar. Ia takut salah memilih satu lamaran, sebab keputusan itu bisa memicu peperangan antar kerajaan dan mengancam keselamatan masyarakatnya. Kecantikan sang putri, yang semula menjadi anugerah, justru berubah menjadi ancaman bagi kedamaian Lempur.
Dalam kegundahannya, Sang Raja mengambil keputusan paling kelam: mengakhiri hidup putrinya sendiri demi keamanan rakyatnya. Sebuah pilihan tragis yang membekas dalam memori masyarakat hingga kini.
BACA JUGA: Legenda Asal-Usul Suku Tengger di Gunung Bromo: Kisah Roro Anteng dan Joko Seger
Dalam perjalanan mencari tempat peristirahatan terakhir bagi putrinya, Sang Raja membawa seluruh seserahan yang pernah diberikan para pangeran. Ketika melintasi sebuah danau bening di tengah hutan, ia menenggelamkan emas dan intan itu ke dalam air.
Masyarakat percaya bahwa kilauan emas dan batu permata itulah yang memancarkan cahaya keemasan dari Danau Kaco di malam hari. Sebuah cahaya yang seakan menjadi penanda bahwa kisah Sang Putri masih hidup, meskipun hanya sebagai legenda.
Kini Danau Kaco menjadi destinasi favorit para wisatawan, pendaki, dan fotografer. Airnya tetap jernih, warna birunya memantul seperti kaca, dan suasananya menawarkan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.
Bagi masyarakat Lempur, Danau Kaco bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah warisan budaya, tempat di mana alam, legenda, dan identitas mereka bersatu dalam harmoni.
(mc/ns)





