4 Kebiasaan Pendaki Gunung di Indonesia yang Bikin Rindu Suasana Alam

Mounture.com — Kegiatan mendaki gunung menjadi salah satu pilihan wisata alam yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Selain menawarkan keindahan panorama alam dan udara segar, pendakian juga menjadi ajang kebersamaan dan solidaritas.

Tak heran jika banyak kebiasaan khas pendaki Indonesia yang menjadi momen tak terlupakan dan membuat rindu kembali ke gunung.

Berikut adalah beberapa kebiasaan pendaki gunung di Indonesia yang menjadi ciri khas dan mewarnai perjalanan mereka selama menapaki jalur pendakian:

1. Menyapa Sesama Pendaki di Jalur

Salah satu kebiasaan paling umum dan menyenangkan adalah saling menyapa saat bertemu di jalur pendakian. Ucapan seperti “semangat, Kak!”, “turun ya?”, atau sekadar “halo” menjadi bentuk penghormatan antar pendaki.

Kebiasaan ini menciptakan suasana akrab dan rasa persaudaraan, meski belum saling mengenal. Budaya menyapa menjadi simbol kehangatan dan penghargaan terhadap sesama penikmat alam.

2. Saling Berbagi Makanan dan Minuman

Pendaki Indonesia dikenal ramah dan murah hati. Saling berbagi makanan, minuman, atau camilan sudah menjadi kebiasaan yang lumrah. Bahkan antar kelompok pendaki yang baru bertemu di jalur atau area camp, akan saling menawarkan bekal.

Kebiasaan ini tidak hanya membuat perjalanan terasa lebih menyenangkan, tapi juga membangun rasa kebersamaan yang kuat di tengah alam bebas.

BACA JUGA: Larangan Pendaki Gunung Slamet via Basecamp Kompak, Wajib Tahu Sebelum Naik!

3. Saling Menolong Tanpa Diminta

Semangat gotong royong dan tolong-menolong sangat kental di dunia pendakian. Saat ada pendaki kesulitan menyeberangi jalur terjal, membawa carrier berat, atau mengalami cedera ringan, pendaki lain biasanya langsung menawarkan bantuan.

Kebiasaan ini tumbuh dari kesadaran bahwa di alam bebas, kebersamaan adalah kunci keselamatan dan kenyamanan selama pendakian.

4. “Mandor Gunung”, Si Penonton Setia saat Buka Tenda

Di balik semangat kerja sama, ada juga kebiasaan jenaka yang tak lepas dari cerita pendakian, yaitu pendaki yang disebut ‘mandor’. Julukan ini diberikan kepada mereka yang enggan membantu saat tim mendirikan tenda, dan lebih memilih duduk santai sambil menonton atau ngopi.

Meski kadang menjengkelkan, kehadiran “mandor gunung” ini justru menjadi penghangat suasana dan bahan cerita lucu di basecamp atau perjalanan pulang.

Lebih dari sekadar mencapai puncak, mendaki gunung adalah tentang perjalanan, persahabatan, solidaritas, dan cerita unik di setiap langkah.

Kebiasaan-kebiasaan ini mencerminkan karakter pendaki Indonesia yang hangat, ringan tangan, dan selalu punya cara untuk membuat pengalaman mendaki tak terlupakan.

(mc/pd)