
Mounture.com — Pergantian tahun sering kali dimaknai sebagai momen perayaan. Di kota, kembang api dan petasan mungkin sudah menjadi pemandangan biasa. Namun ketika perayaan itu dibawa ke alam terbuka, khususnya ke gunung, maknanya berubah. Membawa petasan ke gunung saat Tahun Baru bukan hanya tidak pantas, tetapi juga berbahaya.
Gunung bukan tempat pesta. Ia adalah ruang hidup bagi banyak makhluk dan area rawan bencana yang membutuhkan sikap bijak dari setiap pendaki.
Sayangnya, setiap akhir tahun masih saja ada pendaki yang nekat membawa petasan dengan alasan merayakan momen pergantian tahun di puncak.
Ancaman Nyata bagi Keselamatan Pendaki
Petasan dan kembang api menyimpan risiko tinggi, terlebih di lingkungan pegunungan yang kerap berangin, dingin, dan minim penerangan.
Percikan api bisa dengan mudah menyambar rumput kering, tenda, atau perlengkapan pendakian lainnya. Satu ledakan kecil bisa berujung pada kebakaran hutan atau kecelakaan serius.
Belum lagi faktor medan yang terjal dan kondisi fisik pendaki yang sudah lelah. Ketika terjadi insiden, proses evakuasi di gunung tidak semudah di perkotaan. Risiko tersebut seharusnya cukup menjadi alasan untuk berkata: petasan tidak punya tempat di gunung.
BACA JUGA: Deretan Gunung di Indonesia yang Menutup Pendakian hingga 2026
Merusak Alam dan Mengganggu Satwa Liar
Gunung adalah rumah bagi flora dan fauna yang sensitif terhadap suara keras. Ledakan petasan dapat menyebabkan stres pada satwa liar, mengganggu pola makan, hingga membuat mereka meninggalkan habitatnya. Ini bukan dampak sepele, terutama di kawasan taman nasional dan konservasi.
Selain suara, sisa petasan juga meninggalkan sampah berbahaya. Kertas, plastik, dan residu bahan kimia dari petasan tidak akan terurai dengan cepat. Ironis rasanya jika mendaki dengan dalih mencintai alam, tetapi justru meninggalkan kerusakan.
Bertentangan dengan Etika dan Aturan Pendakian
Dalam etika pendakian dikenal prinsip leave no trace, yakni tidak meninggalkan apa pun selain jejak kaki. Membawa petasan jelas bertentangan dengan prinsip tersebut. Bahkan, di banyak gunung, petasan dan benda mudah terbakar masuk dalam daftar barang terlarang.
Pendakian bukan ajang unjuk eksistensi atau pesta meriah. Ia adalah perjalanan untuk belajar rendah hati, menghargai alam, dan mengenali batas diri. Tahun Baru di gunung seharusnya diisi dengan refleksi, bukan dentuman.
BACA JUGA: Mendaki saat Gunung Ditutup: Ketika Ego Mengalahkan Akal Sehat
Rayakan Tahun Baru dengan Cara yang Lebih Bijak
Merayakan Tahun Baru di gunung sebenarnya bisa tetap bermakna tanpa petasan. Duduk bersama, berbagi cerita, menikmati sunyi, atau menyambut pergantian tahun dengan doa adalah cara yang jauh lebih selaras dengan alam.
Gunung mengajarkan keheningan dan kesederhanaan. Membawanya petasan hanya akan merusak esensi itu sendiri.
Jika benar mencintai gunung, maka cara terbaik merayakan Tahun Baru adalah dengan tidak membawa apa pun yang berpotensi merusaknya. Alam sudah memberi cukup keindahan tanpa perlu ditambahi ledakan.
(mc/sr)







