Perempuan di Gunung: Merayakan Semangat Kartini

Ilustrasi pendaki wanita – Foto: Eiger

Mounture.com — Setiap 21 April, kita mengenang sosok Kartini, ikon perjuangan perempuan Indonesia. Tapi memperingati Kartini hanya dengan memakai kebaya atau mengutip “Habis Gelap Terbitlah Terang” rasanya terlalu sempit. Perjuangan Kartini hari ini hidup di banyak bentuk lain, salah satunya di jalur-jalur pendakian.

Di jalur gunung, perempuan menantang bukan hanya ketinggian, tapi juga stigma. Masih ada suara-suara sumbang yang bilang, “Cewek kok naik gunung? Bahaya!” atau, “Perempuan itu fisiknya lemah, mending di rumah aja.” Ironis, di zaman serba maju, stereotip itu tetap membebani langkah.

Padahal, siapa bilang mendaki itu soal otot doang? Mendaki itu tentang ketahanan mental, kecerdikan mengatur ritme, kemampuan membaca cuaca, mengelola logistik, hingga kerja sama tim.

Semua kualitas ini justru banyak dipupuk Kartini lewat ide-idenya: tentang perempuan yang cerdas, berani, dan punya hak untuk berdiri sejajar.

BACA JUGA:

Backpacker: Menemukan Kehidupan di Setiap Langkah

Rekomendasi Destinasi Honeymoon Anti-Mainstream di Indonesia

Di atas gunung, kita menemukan banyak “Kartini baru” yaitu para perempuan yang berani keluar dari zona nyaman. Mereka membawa carrier 60 liter bahkan lebih di punggung, membuka tenda di bawah badai, menyalakan kompor saat tangan beku, bahkan memimpin rekan setim melewati jalur terjal. Mereka bukan sekadar “ikut-ikutan” mendaki, mereka menunjukkan bahwa gunung bukan monopoli gender.

Namun, penting juga diingat yakni pendaki perempuan masih menghadapi tantangan lebih. Isu keamanan, komentar seksis, hingga kurangnya fasilitas ramah perempuan di jalur pendakian masih sering terjadi.

Ini mengingatkan kita bahwa perjuangan Kartini belum selesai. Ruang bebas bagi perempuan, bahkan di alam liar sekali pun, harus terus diperjuangkan.

Mendaki gunung buat perempuan bukan hanya soal hobi atau tantangan fisik. Ini soal mengambil ruang, mematahkan batasan usang, dan membuktikan yaitu perempuan bisa bertahan, memimpin, dan menaklukkan tantangan sebesar gunung sekalipun.

Selamat Hari Kartini untuk semua pendaki perempuan. Terus melangkah. Karena setiap jejak kalian di tanah basah gunung adalah bukti bahwa mimpi dan keberanian tak pernah mengenal jenis kelamin.

(mc/ril)