Mounture.com — Hampir satu tahun beroperasi melayani rute Jakarta – Bandung dan sebaliknya, kereta cepat Whoosh telah mengangkut lebih dari 5,4 juta penumpang.
Dari jumlah tersebut sekitar 300 ribu di antaranya merupakan penumpang internasional yang berasal dari 159 negara. Kini dengan 48 perjalanan per hari, Whoosh disebut telah menjadi solusi transportasi modern untuk masyarakat yang mengedepankan efisiensi waktu, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
Kehadiran kereta cepat Whoosh juga memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan studi dari Pusat Pengujian, Pengukuran, Pelatihan, Observasi dan Layanan Rekayasa Universitas Indonesia, Whoosh dapat menghadirkan penghematan hingga triliunan rupiah.
“Sejak diluncurkan, kehadiran Whoosh memberikan dampak positif untuk masyarakat Indonesia secara umum melalui berbagai manfaat sosial dan ekonomi yang turut dihadirkan,” kata General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa.
BACA JUGA: Menparekraf: Kustomfest 2024 Jadi Magnet Datangkan Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan studi Polar UI, kehadiran Whoosh dapat mengurangi biaya kecelakaan sebesar Rp2,91 miliar per tahun, penghematan biaya perbaikan infrastruktur sebesar Rp19 miliar per tahun, mengurangi emisi kendaraan sebesar Rp6,8 miliar per tahun, dan penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp3,2 triliun per tahun.
Penghematan tersebut dihitung dari pengurangan rasio kecelakaan akibat peralihan penggunaan moda transportasi pribadi ke Whoosh, penghematan biaya yang merupakan hasil dari pengurangan penggunaan mobil pribadi di jalan tol, pengurangan emisi karbon dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, dan penghematan bahan bakar sebagai akibat dari peralihan pengguna mobil pribadi ke Kereta Cepat, yang lebih efisien dalam penggunaan energi.
Manfaat perekonomian juga terjadi pada peningkatan nilai kawasan yang ada di sepanjang jalur dan sekitar stasiun Whoosh. Banyaknya penumpang yang mulai melakukan perjalanan komuter antara Bandung dan Jakarta, memicu tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru di sekitar stasiun Whoosh.
Dengan tumbuhnya kawasan pemukiman baru, maka tumbuh pula pusat-pusat perekonomian baru untuk menunjang wilayah tersebut. Tumbuhnya pasar tradisional, pusat perbelanjaan, rumah makan, destinasi wisata, dan berbagai pusat aktivitas penunjang lainnya.
BACA JUGA: Hingga September 2024, 447 Ribu Wisman Gunakan Kereta Api di Jawa dan Sumatera
Keberadaan Whoosh juga turut mendorong adanya peningkatan aksesibilitas pada suatu kawasan. Contohnya melalui dukungan pemerintah, telah terdapat pembukaan akses tol baru, peningkatan kualitas jalan nasional maupun daerah, serta hadirnya intergrasi antarmoda yang memudahkan masyarakat dalam bermobilitas.
KCIC turut berupaya meningkatan produktivitas masyarakat di sepanjang trase kereta cepat melalui pengembangan properti melalui kawasan yang terintegrasi.
Rencananya pada setiap stasiun Whoosh sebagai pusat transit, pengembangan properti oleh KCIC bertujuan agar masyarakat mudah mengakses berbagai fasilitas termasuk hunian, komersial, retail, perkantoran, serta area hiburan dan rekreasi.
Tidak hanya kemudahan dalam mengakses berbagai fasilitas, area ini diharapkan dapat diandalkan menjadi kawasan urban berintensitas tinggi yang juga terintegrasi dengan sistem transportasi massal.
Integrasi ini menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat aktivitas multifungsi yang efisien dan nyaman bagi penduduk serta pengunjung.
Eva menjelaskan, sejak beroperasi secara komersial di 17 Oktober 2024, Whoosh tidak hanya sekadar menghadirkan solusi transportasi cepat, tetapi juga menjadi pendorong pengembangan kawasan perkotaan modern di sepanjang rutenya.
“Dengan peningkatan nilai aset properti, berkembangnya kawasan pemukiman baru, serta tumbuhnya pusat-pusat ekonomi, Whoosh memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia,” tutup dia.
(mc/ril)