Mengenal Seni Tato Khas Mentawai

Ilustrasi pembuatan tato tradisional khas Mentawai – Foto: Shutterstock/Arif Kisnadi

Mounture.com — Indonesia merupakan salah satu negara dengan beraneka ragam budaya. Salah satu yang tersohor ialah seni tato atau seni rajah yang ada di Mentawai.

Dikutip dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), disebutkan bahwa seni merajah tubuh di Mentawai sudah ada sejak 1.500 Sebelum Masehi (SM), dan dilakukan secara turun-temurun oleh suku Mentawai. Hal inilah yang akhirnya menjadikan seni merajah dari Mentawai sebagai seni tato tertua di dunia.

Daya tarik seni rajah di Mentawai lainnya ada pada proses pembuatannya. Jauh dari kesan modern, proses pembuatan tato Mentawai masih dilakukan secara tradisional.

Sebelum memulai merajah, sipatiti atau penato akan melakukan upacara bersama dengan sikerei atau dukun Mentawai terlebih dahulu. Kemudian sipatiti mulai membuat gambar kasar pada bagian tubuh yang akan ditato.

Jika sudah, proses rajah dilakukan dengan menggunakan jarum tradisional yang terbuat dari kayu. Nantinya, tubuh akan dipukul secara perlahan menggunakan tongkat kayu untuk memasukkan pewarna ke dalam kulit.

BACA JUGA:

Mengenal Legenda Danau Tolire di Maluku Utara

Rekomendasi Wisata Alternatif di Dataran Tinggi Dieng

Alih-alih menggunakan bahan kimia, tinta yang digunakan untuk tato Mentawai adalah pewarna alami yang berasal dari campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.

Setiap tato tradisional Mentawai dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan peran setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang paling mudah dikenali adalah gambar tato laki-laki Mentawai berbeda dengan gambar tato perempuan Mentawai.

Biasanya, gambar tato pada tubuh laki-laki berbentuk garis warna hitam melengkung dari bahu kanan hingga bahu kiri yang melambangkan anak panah, atau gambar binatang buruan.

Sedangkan, perempuan Mentawai memiliki tato bergambar subba atau tangguk. Hal ini digambarkan karena sesuai dengan peran mereka yang pergi menangkap ikan di sungai.

Sementara itu, gambar atau motif tato bagi masyarakat lokal yang berperan sebagai pemburu maupun sikerei juga akan berbeda. Contoh, seorang pemburu asal Mentawai menggunakan tato sesuai dengan binatang hasil tangkapannya.

Seperti babi, rusa, monyet, burung, atau buaya. Sedangkan, seorang sikerei umumnya memiliki tato bintang “Sibalu-balu” pada tubuhnya.

(mc/ril)