Water Booming Dioptimalkan untuk Pemadaman Karhutla Gunung Lawu

Pemadaman karhutla di Gunung Lawu dengan helikopter – Foto: Antara Foto/Siswowidodo

Mounture.com — Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Gunung Lawu masih belum padam. Hingga saat ini, upaya pemadaman masih terus dioptimalkan terutama menggunakan bom air atau water booming.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Juli Padmi Handayani, mengatakan pemadaman karhutla dengan water booming difokuskan pada seputaran Hargo Tiling dan Hargo Puruso.

“Kondisi api saat ini meluas dan area bertambah. Luasan sekitar 150 hektare dan 29 titik,” katanya dikutip dari Antara, Senin, 9 Oktober 2023.

Ia mengatakan bahwa titik api meluas karena angin dan lokasi ketinggian yang tidak bisa dijangkau. Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya belum bisa melakukan pemadaman secara manual.

“Kalau hari ini kami sudah melaksanakan kegiatan penyekatan yang melibatkan 406 orang, itu terdiri dari 4 SRU (Search and Rescue Unit),” tuturnya.

BACA JUGA:

Perhutani Tutup Kegiatan Pendakian Gunung Karang, Pulosari dan Aseupan

Bupati Jember: Faktor Alam Jadi Penyebab Kebakaran Gunung Argopuro

Lebih lanjut ia menjelaskan, pemadaman secara manual dapat dilakukan jika titik api berada di lokasi datar. “Jadi mungkin setiap hari ada kegiatan pemadaman. Kalau inikan kami bisa melakukan pemantauan dan penyekatan,” katanya.

Sementara itu Administratur Perum Perhutani KPH Surakarta Herry Merkussiyanto Putro, mengatakan luasan lahan terbakar masih di angka 150 hektare, namun tidak menutup kemungkinan adanya perluasan lahan terbakar.

Ia mengatakan kemungkinan perluasan itu disebabkan dari terbatasnya waktu penanganan untuk pemadaman manual. Di sisi lain, kata dia, kondisi medan juga menghambat proses pemadaman sehingga hanya bisa mengandalkan pemadaman melalui jalur udara.

“Saat ini memang 150 hektare, tapi tidak menutup kemungkinan akan meluas karena berdasarkan kondisi lapangan lokasinya sulit dijangkau dan angin,” katanya.

Terkait dengan faktor pemicu kebakaran, menurut dia, karena tumpukan material dari pohon cemara yang sudah mengendap selama empat tahun.

“Ya kalau bicara di ataskan vegetasi cemara, kemudian materialnya sudah empat tahun numpuk, jadi kemungkinan besar api timbul,” tukasnya.

(mc/ril/ant)