Mounture.com — Saat mendaki gunung, banyak pendaki tergoda untuk beristirahat lama agar tubuh lebih rileks. Namun, terlalu lama berhenti saat pendakian justru bisa membahayakan kesehatan dan menurunkan performa.
Berikut ini beberapa alasan kenapa jangan terlalu lama beristirahat saat mendaki gunung.
1. Tubuh cepat mendingin
Di ketinggian, suhu udara lebih rendah dan angin kencang mudah membuat tubuh kehilangan panas. Istirahat terlalu lama meningkatkan risiko kram otot dan hipotermia ringan.
2. Otot menjadi kaku
Berhenti lama menurunkan aliran darah ke otot. Akibatnya, saat melanjutkan pendakian, kaki dan punggung terasa pegal atau sulit digerakkan.
3. Mengganggu ritme pendakian
Istirahat terlalu panjang dapat mengacaukan jadwal perjalanan, mengurangi daylight, dan membuat logistik (air dan makanan) lebih cepat habis.
BACA JUGA: Manfaat Mendaki Gunung di Usia 50 Tahun: Sehat Fisik, Bahagia Mental, dan Lebih Dekat dengan Alam
Tips Istirahat Aman dan Efektif
– Istirahat singkat: 5–15 menit setiap 45–60 menit berjalan.
– Active rest: gerakkan tubuh ringan seperti ayunan lengan atau jalan di tempat agar otot tetap hangat.
– Makan dan minum ringan: konsumsi karbohidrat dan protein secukupnya untuk menjaga energi.
– Peregangan cepat: kaki, betis, dan punggung agar tidak kaku.
– Cari shelter saat cuaca ekstrem: gunakan batu, pohon, atau tenda untuk perlindungan, tapi tetap batasi durasi istirahat.
BACA JUGA: 10 Spot Diving Terindah di Indonesia yang Wajib Dikunjungi Pecinta Bawah Laut
Lantas, kapan boleh untuk melakukan istirahat cukup lama saat pendakian ke gunung? Ada beberapa situasi yang mengharuskan seorang pendaki untuk istirahat lama saat mendaki, di antaranya:
1. Jika terjadi cedera, pusing, mual, atau tanda hipotermia.
2. Saat di campsite untuk tidur atau memasak, namun pastikan tubuh tetap hangat sebelum beraktivitas.
Dengan strategi istirahat yang tepat, pendaki dapat tetap bugar, aman, dan menikmati pengalaman mendaki gunung secara maksimal.
(mc/ns)