Mounture.com — Exalos Indonesia menyatakan ketidaktahuan dan sikap kurang siaga membuat banyak nyawa relawan melayang begitu saja karena melakukan evakuasi satwa liar, terutama ular berbisa.
Ketua Exalos Indonesia, Koptu (Inf.) Janu W. Widodo, mengatakan ‘perang’ terhadap ketidaktahuan dan sikap kurang siaga para para relawan evakuasi satwa liar, terutama mereka yang menangani ular berbisa. Adapun ‘perang’ yang dimaksud adalah melawan ketidaktahuan dan awamnya pengetahuan masyarakat tentang ular dan penanganannya.
“Kita lawan dengan cara edukatif. Exalos Indonesia meluncurkan buku berjudul Penanganan Ular untuk masyarakat,” ungkapnya melalui keterangan resmi, baru-baru ini.
Untuk mendapatkan buku tersebut, kata dia, cukup mengunduh di website Exalos Indonesia. Caranya mudah, cukup membuka Google dan ketik “Exalos Indonesia” maka akan muncul website-nya. Setelah masuk ke website, pilih nomor satu untuk mengunduh PDF buku tersebut.
Sebelumnya, Exalos Indonesia menyatakan keprihatinannya atas banyaknya laporan korban jiwa yang diterima, yang bahkan nyaris seimbang dengan angka kematian akibat kasus penyakit kanker. Korban jiwa tersebut memang banyak didominasi oleh masyarakat awam yang tidak tahu dan belum memahami karakter ular berbisa.
Adapun beberapa penghobi satwa liar, kerap mencoba menunjukkan aksi atraktif yang tujuanya untuk menghibur diri, serta penonton. Namun ujung dari atraksi tersebut malah kejadian nahas.
Mereka digigit oleh ular yang dipelihara sendiri dan yang selama ini dijadikan teman mainnya. Belum lagi masyarakat umum yang coba-coba menangani ular berbisa di kawasan pemukiman mereka, tanpa pengetahuan mendasar tentang ular.
Bila masyarakat umum adalah mereka yang belum tersentuh edukasi, sebaliknya, kejadian fatal juga ikut menimpa orang-orang yang justru aktif memberikan edukasi.
Beberapa kasus fatal yang terjadi belum lama ini adalah seorang YouTube-ers bernama Alprih Priyono yang harus meregang nyawanya akibat digigit ular jenis raja tedung atau King Cobra (Ophiophagus hannah) usai menonton Piala Dunia 2022 lalu.
Beberapa bulan kemudian Ketua Yayasan Sioux Indonesia, Aji Rachmat Purwanto, harus menghadap Yang Maha Kuasa lantaran tergigit oleh jenis ular yang sama membunuh Alprih.
Maka dari kejadian demi kejadian tersebut, Janu Widodo berinisiatif mengumpulkan seluruh bahan-bahan edukasi tim Exalos Indonesia dalam hal penanganan ular berbisa, dari mulai hal teknis hingga yang prinsipil, dan kemudian dibukukan.
Buku tersebut diberi judul “Penanganan Ular” ditulis langsung oleh Janu Widodo pada awal Mei 2023. Ia mengaku menyusun cara-cara penanganan ular yang didapat di lapangan, dalam buku tersebut.
“Buku telah selesai disunting dan kami rilis secara resmi di website,” ungkap Janu.
Sedangkan penyunting buku tersebut, Janu memilih seorang penulis freelance, Angiola Harry, yang saat ini menulis untuk Marker Content di Arizona, Amerika Serikat. Menurut Angiola, setelah menyunting buku “Penanganan Ular” tersebut, banyak hal penting yang didapat.
Selain bermanfaat, buku tersebut juga bisa menekan potensi jatuhnya korban jiwa akibat awamnya seseorang akan ular yang kini semakin sering berkonflik dengan manusia.
“Exalos Indonesia sangat peduli dengan keselamatan manusia, satwa, dan lingkungan,” tutur Angiola yang juga member IAPWE (International Association of Professional Writers and Editors). (MC/RIL)