Mounture.com — Dalam dunia survival dan petualangan alam bebas, para pendaki dan pencinta alam kerap memanfaatkan sumber daya dari alam sekitar, termasuk bahan bakar alternatif. Salah satu yang menarik perhatian adalah biji bhilawa (Semecarpus anacardium), yang dikenal juga dengan sebutan keruing atau marking nut.
Tanaman ini memiliki kandungan minyak yang bersifat mudah terbakar, sehingga sering dimanfaatkan untuk menyalakan api, terutama dalam kondisi darurat.
Minyak alami dari biji bhilawa memiliki sifat inflamabel. Dalam tradisi beberapa daerah, biji ini digunakan dengan cara dipatahkan untuk mengeluarkan getahnya, kemudian dibakar sebagai pemantik api alami. Kemampuannya untuk menyala cepat membuatnya populer di kalangan para pelintas alam dan komunitas survival.
Namun, meskipun memiliki manfaat sebagai bahan bakar alami, biji bhilawa menyimpan bahaya tersembunyi. Getah dari biji ini mengandung senyawa urushiol, yaitu zat yang juga ditemukan pada poison ivy. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi kulit, bahkan reaksi alergi berat pada sebagian orang.
BACA JUGA: Tips Manajemen Perlengkapan Pribadi Sebelum Mendaki Gunung
Reaksi yang ditimbulkan dapat berupa kemerahan, rasa gatal, munculnya bintil, hingga lepuhan pada kulit. Gejala ini bisa muncul dalam waktu singkat setelah kontak langsung, bahkan tanpa perlu disentuh secara langsung karena senyawa tersebut bisa menyebar melalui udara atau bahan lain yang telah terkontaminasi.
Dalam pengobatan tradisional Ayurveda, biji bhilawa juga dikenal sebagai bhallataka, yang dipercaya memiliki khasiat untuk mengatasi rematik, gangguan pencernaan, hingga masalah kulit.
Namun, penggunaannya harus melalui proses pemurnian (shodhana) terlebih dahulu untuk menghilangkan sifat toksiknya. Proses ini umumnya melibatkan perendaman dalam susu atau cairan tertentu, lalu dikeringkan sebelum digunakan.
Selain sebagai bahan bakar dan obat herbal, biji bhilawa juga memiliki sejarah unik di India sebagai “marking nut.” Di masa lalu, para pencuci pakaian (dhobi) menggunakan getah dari biji ini sebagai tinta permanen untuk menandai kain.
Meski begitu, para petualang dan pendaki tetap disarankan untuk berhati-hati saat menggunakan biji bhilawa di alam bebas. Jika digunakan sebagai bahan bakar darurat, hindari kontak langsung dengan getahnya.
Gunakan sarung tangan atau alat bantu lain agar kulit tidak terpapar. Apabila terjadi reaksi iritasi, segera bersihkan area yang terkena dan konsultasikan ke tenaga medis.
(mc/sr)