Plastic Bank Sebut Gerakan Social Recycling Bantu Kurangi Kemiskinan

Mounture.com — Di tengah meningkatnya tantangan polusi plastik dan kemiskinan, muncul suatu harapan dan transformasi. Adalah Plastic Bank yang mengkampanyekan gerakan Social Recycling.

Adapun Social Recycling merupakan gerakan yang mencegah polusi plastik di laut dan membantu mengurangi kemiskinan. Komunitas pengumpul plastik yang dihimpun Plastic Bank menggunakan plastik daur ulang sebagai mata uang untuk mendapatkan penghasilan dan berbagai manfaat sosial lainnya.

Pendiri dan Ketua Plastic Bank, David Katz, mengatakan jika 100 juta kilogram plastik daur ulang atau yang setara dengan 5 miliar botol plastik berukuran 500ml, dapat dicegah agar tidak mencemari lingkungan.

“Ini bukan hanya mimpi, ini adalah pencapaian luar biasa dari komunitas daur ulang kami yang mengumpulkan setiap plastik dengan tangan mereka sendiri, sekaligus membuka jalan bagi mereka sendiri untuk keluar dari kemiskinan,” katanya melalui keterangan resmi, belum lama ini.

BACA JUGA: New Balance Luncurkan Fresh Foam X 1080v13, Cocok untuk Olahraga Lari

Katz menekankan bahwa keberlanjutan saja sudah tidak cukup lagi. “Yang kita butuhkan saat ini adalah regenerasi, sebuah perubahan radikal dari bisnis dalam menjalankan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan sosial,” tutur dia.

“Kita sedang berada di persimpangan jalan. Kita bisa terus menjalani gaya hidup konsumerisme, atau kita bisa memulai suatu perjalanan regenerasi,” tambahnya.

Ia percaya bahwa bisnis memegang kunci untuk memulihkan planet kita dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang membutuhkan.

Sejak awal, gerakan Social Recycling yang dilakukan oleh Plastic Bank telah menyebar dengan cepat, menyulut semangat lebih dari 550 komunitas daur ulang di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika.

BACA JUGA: Program Loyalti Hotel Banyak Diminati Traveler

Di Indonesia, Plastic Bank memiliki lebih dari 270 collection centers di 10 provinsi yang telah berkontribusi sebanyak 50 persen dari pengumpulan 100 juta kilogram plastik tersebut.

Dari 40.000 sama dengan anggota komunitas, 35 persennya berasal dari wilayah pesisir di Indonesia yang tidak hanya membersihkan lingkungan mereka tetapi juga mengatasi kemiskinan dengan menukar plastik daur ulang dengan pendapatan tambahan dan berbagai manfaat sosial lainnya.

“Pencapaian ini bukan hanya tentang plastik daur ulang, tapi juga tentang suatu pencapaian yang dapat diraih oleh umat manusia jika dipersatukan oleh tujuan yang sama,” ujar Katz.

Ia pun mengundang masyarakat di seluruh dunia untuk bergabung bersamanya untuk mengubah planet kita, menciptakan dunia di mana kegiatan ekonomi turut memberdayakan masyarakat untuk meregenerasi sumber daya, melestarikan lingkungan, dan membuka jalan bagi komunitas daur ulang agar dapat keluar dari cengkeraman kemiskinan.

“Ini bukan suatu ajakan untuk bertindak, ini adalah ajakan untuk berkumpul bersama dan memimpin perubahan menuju dunia tanpa sampah, dunia tanpa polusi plastik dan kemiskinan,” tutup Katz.

(mc/ril)