Mengenal Sejarah Cikasur di Gunung Argopuro

Suasana pagi di Cikasur, Gunung Argopuro – Foto: Mounture.com/Rangga

Mounture.com — Gunung Argopuro yang berada di beberapa wilayah, antara lain Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo merupakan salah satu gunung dengan trek terpanjang di Pulau Jawa.

Gunung dengan ketinggian 3.088 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu memiliki beberapa daya tarik tersendiri bagi pendaki, salah satunya Cikasur. Di Cikasur, pendaki akan menemui sabana luas yang kaya akan flora dan fauna serta situs bersejarah.

Adapun Cikasur merupakan salah satu pos pendakian menuju puncak tertinggi dataran Hyang.

Dikutip dari The Mountain of God: A study in early religion and kings (Sir H.G.Quaritch Wales – England tahun 1900) disebutkan bahwa Cikasur dulunya adalah sebuah lapangan udara di Pulau Jawa yang diberi nama Lapangan Udara Cikasur yang berada di ketinggian 2.200 mdpl.

Setelah tak lagi menjadi lapangan terbang, Cikasur kini sudah tertutup sabana dan sebuah rumah sebagai pengontrol lapangan terbang sudah rusak. Tinggal menyisakan reruntuhan dan tiang-tiang pancang bangunan.

BACA JUGA: Detail Waktu Pendakian Gunung Sumbing via Gajah Mungkur

Pengucapan Cikasur pada masyarakat lokal yang berada di lereng Gunung Argopuro adalah Sikasur. Nama Sikasur sendiri berasal dari dua kata yakni Siti dan Kasur. Siti dalam bahasa Jawa kuno memiliki makna tanah, bisa juga berarti suatu tempat atau daerah.

Sedangkan kata Kasur berarti ‘kasur atau matras’ (tempat tidur yang empuk). Jadi disimpulkan Cikasur atau Sikasur adalah daerah atau tempat yang diidentikkan sebuah kasur. Dan penamaan Cikasur sendiri adalah merupakan ‘plesetan kata’ para leluhur di Argopuro pada zaman dahulu untuk menamai sabana yang luas nan syahdu ini.

Penamaan Cikasur sendiri diambil dari kata Ci yang mengingatkan banyak nama tempat di tanah Sunda, kendati demikian, Si-kasur ataupun Ci-kasur itu memiliki arti yang sama ketika kita mengacu berdasarkan sejarah lawas yang mengiringinya.

BACA JUGA: Simak! Ini Gejala Terserang Hipotermia

Cikasur sendiri menyimpan banyak kenangan sejak era kejayaan Nusantara Lama (jauh sebelum jaman Majapahit) sampai datangnya masa kolonial Belanda maupun Jepang.

Hadirnya banyak kepentingan para pihak asing saat itu memang mendatangkan sedikit banyak manfaat di Cikasur dan Argopuro pada umumnya, namun sebagian juga ada yang sengaja menghilangkan.

Seperti ketika pembuatan jalur landasan pesawat yang tak jauh dari pohon bidara (pohon jomblo). Namun, di area tersebut terdapat bangunan peninggalan leluhur berupa pelataran sebagai tempat pemujaan yang mengarah ke arah puncak.

Kenangan-kenangan tersebut semakin terkubur bersama sunyi dan dinginnya dataran tinggi Argopuro. Ikut tenggelam berbaur dengan banyak mitos, tahayul, cerita rakyat, kulturisme dan rasa acuh ‘atas nama modernisasi’ akan fakta sejarah itu sendiri.

Selain Sikasur, beberapa tempat lain di kawasan Gunung Argopuro yang juga memiliki nama dengan awalan kata “Si” antara lain Sisentor/Cisentor, Simesem, Sijeding, Situnjung, Sitancak, dan Silonying.

Sumber: “The Mountain of God: A study in early religion and kings” (Sir H.G.Quaritch Wales – England tahun 1900) dan berbagai sumber lainnya.

(mc/pc/ril)