Legenda Asal-Usul Suku Tengger di Gunung Bromo: Kisah Roro Anteng dan Joko Seger

Gunung Bromo – Foto: Kemenparekraf

Mounture.com — Konon, di sebuah dusun di kawasan pegunungan Bromo, hiduplah seorang ibu yang melahirkan bayi perempuan yang anehnya tidak menangis sama sekali.

Bayi itu kemudian diberi nama Roro Anteng. Seiring berjalannya waktu, Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan dikagumi banyak pria di sekitarnya.

Kecantikan Roro Anteng tersiar hingga ke telinga seorang perampok sakti mandraguna. Tertarik dengan kecantikannya, sang perampok datang melamar Roro Anteng.

Namun, karena takut desanya akan diserang, Roro Anteng menerima lamaran itu dengan satu syarat berat: perampok itu harus membangun sebuah danau dalam satu malam.

Gunung Batok dan Kawah Pasir

Sang perampok pun mulai bekerja dengan kesaktiannya. Namun, Roro Anteng memiliki siasat untuk menggagalkan usaha itu. Ketika fajar belum menyingsing, ia menebar abu dan menumbuk padi agar ayam berkokok lebih awal, membuat sang perampok mengira waktu telah habis.

Marah karena merasa ditipu, sang perampok melempar batok kelapa yang digunakannya ke tanah, dan seketika berubah menjadi Gunung Batok. Sementara bekas galiannya menjadi lautan pasir luas di sekitar Gunung Bromo.

BACA JUGA: Tahura Raden Soerjo, Penjaga Hulu Sungai Brantas dan Ketahanan Air Jawa Timur

Roro Anteng dan Joko Seger

Setelah peristiwa itu, Roro Anteng akhirnya menikah dengan Joko Seger, seorang pemuda baik hati. Namun, pasangan ini lama tidak dikaruniai anak. Karena itu, mereka memohon kepada Sang Hyang Widi di puncak Gunung Bromo agar diberi keturunan.

Mereka bersumpah, jika doanya dikabulkan, mereka akan mengorbankan salah satu anaknya sebagai wujud syukur. Doa mereka terkabul — Roro Anteng dan Joko Seger dikaruniai banyak anak.

Namun, ketika saat pengorbanan tiba, mereka enggan melakukannya. Hingga suatu malam, Joko Seger mendapat bisikan gaib bahwa jika mereka melanggar janji, desa mereka akan tertimpa bencana. Akhirnya, dengan berat hati, mereka mengorbankan anak bungsu mereka ke kawah Gunung Bromo.

Asal Usul Nama “Tengger”

Dari peristiwa itu, masyarakat percaya bahwa keturunan Roro Anteng dan Joko Seger kemudian disebut sebagai Suku Tengger, yang berasal dari gabungan nama Anteng dan Seger.

Hingga kini, masyarakat Tengger dikenal menjaga tradisi leluhur, termasuk upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo, yang menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan alam.

Sumber Budaya dan Sejarah

Kisah ini tercatat dalam berbagai literatur budaya Jawa Timur dan dikutip dari Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, yang menjadi rujukan penting dalam pelestarian cerita rakyat dan tradisi lisan Nusantara.

(mc/ril)