Bermalam di Desa Rantau Malam

Desa Rantau Malam – Foto: Instagram/@izwan_zavana

Mounture.com — Desa Rantau Malam terletak paling ujung di salah satu hulu sungai yang ada di Kalimantan Barat.

Desa ini adalah desa terakhir yang biasanya digunakan oleh para pendaki gunung untuk mempersiapkan pendakian mereka ke Bukit Raya yang tingginya sekitar 2.278 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Bukit Raya merupakan dataran tertinggi di tanah Borneo dalam wilayah Republik Indonesia. Menurut salah satu keterangan warga desa, Rantau Malam adalah desa persinggahan perantau yang dahulunya melewati Bukit Raya.

Rantau artinya Perantau, Malam artinya bermalam. Perantau yang melewati pasti akan bermalam di desa ini maka dari itu disebutlah Desa Rantau Malam.

Dikutip dari akun instagram @izwan_zavana, beberapa waktu lalu, disebutkan bahwa untuk mencapai ke desa ini, butuh tantangan dan waktu panjang untuk mencapainya.

Untuk sampai ke Desa Rantau Malam, dari Kota Pontianak harus menggunakan bus Damri selama satu malam menuju Kota Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi.

BACA JUGA:

Cara Prediksi Cuaca dengan Tanda Alam saat Bertualang

Tipe Pendaki Berdasarkan Golongan Darah, Kamu yang Mana?

Kemudian, dari Nanga Pinoh, lanjut naik speedboat berukuran kecil dengan kapasitas enam orang menuju Nanga Serawai, sebuah kota kecamatan yang berada di tanjung daratan. Daratan ini dibentuk oleh kelokan Sungai Melawi, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Lama perjalanan sekitar 5-6 jam dengan jarak tempuh sekitar 200 kilometer. Selama perjalanan, speedboat akan berhenti sekali di daerah Nanga Nua untuk makan siang. Asyiknya makan di sini, suasananya yang berbeda karena rumah makannya terapung di tepian Sungai Melawi.

Sesampainya di Nanga Serawai, kita harus bermalam dahulu di sini, karena tidak ada kelotok (perahu) yang berlayar sore atau malam hari ke Desa Rantau Malam.

Siang atau keesokan paginya, dengan menggunakan kelotok berkapasitas 10-20 orang, perjalanan dilanjutkan ke Desa Rantau Malam.

Kelotok menyusuri aliran sungai bahkan tidak jarang harus menentang arus dengan medan berkelok-kelok. Perjalanan ini berlangsung kurang lebih 4-5 jam.

Desa Rantau Malam tepat terletak di pinggiran sungai dan didiami oleh Suku Dayak Udamun. Di desa ini terdapat sebuah rumah adat khas Suku Dayak Kalimantan yang disebut Rumah Betang. Rumah ini merupakan salah satu rumah adat Dayak tertua yang dihuni oleh suku Dayak Udamun.

Rumah Betang di Dusun Rantau Malam sudah berusia lebih dari 100 tahun. Tiang-tiang utamanya menggunakan kayu ulin.

(mc/ril)