Mounture.com — Di balik serunya mendaki, setiap pendaki wajib mematuhi aturan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pengelola jalur pendakian maupun norma adat masyarakat sekitar. Salah satu gunung yang dikenal memiliki larangan adat saat pendakian adalah Gunung Guntur, yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Selain dikenal sebagai gunung dengan medan menantang dan pemandangan memukau, Gunung Guntur juga sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang harus dihormati.
BACA JUGA:
Regulasi Wajib Pendaki Gunung Lompobattang via Lannying
Manfaat Tisu Magic untuk Mendaki Gunung
Berikut ini tiga larangan penting yang tidak boleh dilanggar saat melakukan pendakian di Gunung Guntur:
1. Dilarang Bersiul di Jalur Pendakian
Larangan bersiul dipercaya sebagai upaya menjaga keharmonisan dengan penghuni tak kasat mata di kawasan Gunung Guntur. Siulan dianggap sebagai bentuk panggilan yang bisa mengundang energi atau entitas lain yang tidak diinginkan.
2. Dilarang Meniup Suling
Selain bersiul, meniup suling juga merupakan pantangan. Hal ini masih berkaitan dengan mitos lokal yang menyebut bahwa bunyi-bunyian tertentu bisa mengganggu “ketenangan” alam di sekitar gunung, bahkan dipercaya bisa menyebabkan kesurupan atau tersesat.
3. Dilarang Menanyakan Arah atau Jalan
Meskipun terdengar tidak masuk akal, menanyakan arah secara terbuka saat tersesat dianggap bisa memperkeruh suasana. Menurut kepercayaan setempat, lebih baik tetap tenang, berdoa, dan mencari jalur secara hati-hati ketimbang sembarangan bertanya, terutama di area tertentu yang dianggap sakral.
Meski larangan-larangan di atas terdengar seperti mitos atau takhayul, namun sebagai pendaki yang bijak, sudah seharusnya kita menghormati kepercayaan lokal.
Mematuhi aturan tersebut adalah bagian dari etika, serta bentuk penghormatan terhadap alam dan masyarakat sekitar. Dengan tetap menjaga sikap sopan santun dan mengikuti aturan yang berlaku, pendakian bisa berjalan lancar, aman, dan berkesan.
(mc/ns)