Mengenal Tradisi Ruwat Gimbal di Dieng

Tradisi Ruwat Gimbal yang dilakukan masyarakat Dataran Tinggi Dieng – Foto: Shutterstock/Dany Kurniawan

Mounture.com — Memiliki lanskap geografis yang unik, kawasan Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah menyimpan banyak pesona alam memukau.

Sebab, destinasi wisata yang berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini dikelilingi pegunungan dan berada di kaldera vulkanik.

Dibalik keindahan alamnya, kawasan Dieng menyimpan salah satu tradisi budaya yang kerap dihadirkan setiap tahunnya melalui gelaran Dieng Culture Festival.

Mulai dari pertunjukan seni budaya, pameran produk ekonomi kreatif lokal, berbagai kegiatan wisata, hingga tradisi atau ritual budaya “Ruwat Gimbal” yang dilakukan masyarakat Dataran Tinggi Dieng.

Adapun untuk Ruwat Gimbali atau ritual potong gimbal merupakan tradisi pemotongan rambut pada anak-anak berambut gimbal yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini pun bisa menjadi salah satu daya tarik storynomics tourism dari Dieng.

BACA JUGA:

Beberapa Kemasan Makanan Tradisional Indonesia yang Autentik

TNBTS Buka Kawasan Wisata Ranu Regulo, Pengunjung Dibatasi

Dikutip dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, disebutkan bahwa berdasarkan legenda, masyarakat Dieng percaya jika anak gimbal laki-laki adalah titisan Kiai Kolodete, sedangkan anak gimbal perempuan merupakan titisan Nini Ronce Kala Prenye.

Selain itu, storynomics tourism dari legenda lain yang berkembang mengungkapkan bahwa rambut gimbal tersebut berasal dari Nyai Ratu Selatan atau Nyai Roro Kidul yang dititipkan kepada Kiai Kolodete.

Itu mengapa, rambut gimbal tersebut harus dikembalikan ke Nyai Roro Kidul melalui proses pemotongan rambut alias Ruwat Gimbal ini.

Namun, di balik storynomics tourism yang masih dipercaya hingga saat ini tersebut, masyarakat lokal Dieng turut meyakini bahwa Ruwat Gimbal dilakukan untuk membuang hal buruk yang akan alami oleh sang anak karena memiliki rambut gimbal.

Meski terkadang membawa berkah yang luar biasa, ada kalanya anak berambut gimbal cenderung lebih rewel, usil, dan nakal. Bahkan, saat rambut gimbal mulai tumbuh, anak-anak tersebut jadi lebih sering sakit.

Hal inilah yang akhirnya mengharuskan anak-anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng melakukan Ruwat Gimbal. Tapi, kegiatan potong rambut ini tidak boleh dilakukan sembarangan.

Orang tua sang anak gimbal harus menuruti dan memenuhi permintaan dari sang anak sebelum mencukur rambut gimbal tersebut. Hal ini dilakukan agar ritual tersebut berhasil sepenuhnya, sehingga rambut anak tidak kembali gimbal.

(mc/ril)