(Mounture.com) — lndonesia rutin menjadi tujuan migrasi dari beragam spesies burung di dunia, mulai dari burung pemangsa seperti Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhyncus), Elang Alap Nipon (Accipiter gularis), Elang Alap Cina (Accipiter soloensis) hingga burung kicauan.
Ketika merasa cocok dengan habitat yang disinggahi, tak sedikit pula burung-burung ini menetap dan menyebar ke beberapa daerah. Salah satunya adalah Sikatan Bubik. Burung yang satu ini kerap dijumpai di wilayah barat dan tengah Indonesia.
Sikatan Bubik atau ‘Asian Brown Flycatcher’ (Muscica dauurica) termasuk anggota keluarga ‘Muscicapidae’, dari ‘genus Muscicapa’. Postur tubuhnya hanya sekitar 12 centimeter saja. Bulu-bulunya didominasi warna cokelat keabu-abuan dengan bentuk mata yang besar dan mencolok.
Jika dilihat dari penampilannya tampak kecil, cantik, mungil dan gesit. Namun siapa sangka ‘si kecil’ ini penerbang ulung yang datang dari negara asalnya di Asia Timur dan Himalaya.
Sikatan Bubik bermigrasi pada saat habitat aslinya sedang dilanda musim dingin. Kemudian mereka mencari suaka ke wilayah selatan bumi. Di wilayah Indonesia, burung ini mengunjungi Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Pada umumnya Sikatan Bubik selama menetap di daerah migrasi tidak hanya mendiami hutan sebagai tempat mencari makan tetapi mendiami pula perkebunan, taman perkotaan bahkan halaman yang banyak ditumbuhi pepohonan.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menjadi penting keberadaannya bagi sebagian burung. Hal ini terbukti dengan teridentifikasi 215 jenis burung dari 45 famili. Salah satunya ‘si cantik gesit’ ini, Sikatan Bubik.
Bukan tanpa alasan kehadiran burung-burung tersebut mendiami gunung Ciremai. Tentu karena didukung oleh keberadaan hutan taman nasional yang masih baik, tipe ekosistem yang unik dan masih terjaga. Burung ini dapat terjumpai di gunung Ciremai pada September hingga Maret. Mereka umumnya mendiami hutan dari ketinggian 500 hingga 1.500 meter diatas permukaan laut (mdpl). (MC/GC)
Sumber dan Foto: tngciremai.com