Taman Nasional Gunung Ciremai Lakukan IPK

(Mounture.com) — Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menggelar kegiatan Inventarisasi Potensi Kawasan (IPK) TNGC yang dilakukan secara periodik setiap 10 tahun. Kegiatan ini disebut merupakan kegiatan kedua pasca tahun 2008 lalu.

IPK ini dilaksanakan di dua wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu SPTN I Kuningan dan SPTN II Majalengka. IPK dikatakan dilakukan nyaris di seluruh blok dalam kawasan TNGC yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan yakni mulai akhir April hingga akhir Mei 2018.

Tujuan kegiatan IPK adalah untuk memperoleh data potensi serta penyebaran sumber daya alam hayati dan ekosistem di kawasan TNGC. Selain itu, dalam pengelolaan potensi kawasan TNGC memiliki keterkaitan dengan potensi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitarnya sehingga perlu disinergisitaskan.

“IPK merupakan update data potensi kawasan TNGC yang meliputi data keanekaragaman hayati yang terdiri dari flora dan fauna serta data sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hasil IPK dapat menjadi bahan untuk pembuatan kebijakan pengelolaan kawasan,” kata Kuswandono, Kepala Balai TNGC dalam keterangan resmi di Kuningan, Jawa Barat, baru-baru ini.

Hasil IPK tahun ini merupakan update data 10 tahun lalu. Update data tersebut dipergunakan untuk kepentingan pengelolaan kawasan TNGC seperti Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN), Zonasi dan bahan kajian ilmiah guna membuahkan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.

Adapun pelaksana IPK adalah petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang dibantu oleh beberapa petugas Polisi Kehutanan (Polhut) dan petugas lapangan lainnya. Di wilayah kerja SPTN I Kuningan terdapat 13 tim yang tersebar dari di blok Kubang dsk di utara hingga blok Karangsari dsk di selatan.

Sedangkan di wilayah kerja SPTN II Majalengka terdapat 4 Tim yang menyebar di blok Bantaragung dsk di utara hingga Blok Argamukti dsk di selatan. Area puncak dan sekitar kawah gunung ciremai pun tidak luput dari IPK.

IPK berorientasi pada flora, fauna dan kondisi sosial ekonomi (Sosek) masyarakat sekitar TNGC dengan melakukan survei lapangan. Terdapat dua bagian obyek IPK yakni keanekaragaman hayati (Kehati) dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Kehati terbagi menjadi 2 (dua) sub yaitu flora dan fauna.

Untuk kehati flora, metode yang dipergunakan adalah analisa vegetasi yaitu membuat plot/petak-petak pada jalur pengamatan dengan ukuran 20 meter x 20 meter. Penghitungan populasi flora dengan sampel 0,3% dari luas kawasan TNGC. Sedangkan untuk kehati fauna, metode yang dipergunakan adalah Transek Jalur yaitu pengamatan populasi dengan mengambil contoh jalur pengamatan.

Untuk kehati sosek mempergunakan metode pengambilan data primer dan sekunder . Wawancara dengan kuisioner terhadap masyarakat dan informan kunci/tokoh masyarakat sebanyak 30 orang di desa yang telah ditentukan merupakan cara pengambilan data primer.

Untuk validitas data tersebut, dari 30 responden dibagi menjadi 3 sasaran yaitu 10 orang yang berinteraksi langsung ke kawasan (pengelola wisata, MPA,MPP), 10 orang yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung namun memanfaatkan sumber daya alam dari taman nasional untuk atau sesekali berinteraksi dengan kawasan, 10 orang yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kawasan TNGC.

Dengan pembagian sasaran responden tersebut, diharapkan mendapatkan data hasil kuisioner yang valid. Sementara data sekunder diperoleh dari data profil desa. (MC/DC)

Foto: dok. tngciremai.com