Masih Dilakukan Pemadaman Api dan Evakuasi Pendaki di Gunung Ciremai

(Mounture.com) — Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) masih mengalami kebakaran hutan yang terjadi di Goa Walet dan puncak Gunung Ciremai sejak Rabu (7/8) sekitar pukul 13.00 WIB. Hingga Kamis (8/8) siang ini, petugas pun masih melakukan pemadaman api dan juga melakukan evakuasi pendaki.

Sekitar 60 petugas gabungan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kepolisian Republik Indonesia (Polres) Kuningan dan Majalengka, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan dan Majalengka yang dibantu mitra masyarakat Pengelola Pendakian Gunung Ciremai (PPGC), unsur instansi terkait, relawan, dan masyarakat terus mengupayakan pemadaman api.

Tim gabungan juga tengah melakukan penyisiran dan melakukan pemadaman api melalui empat jalur pendakian, yakni Apuy di kabupaten Majalengka, Palutungan, Linggasana, dan Linggajati di kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Dalam keterangan resminya, sampai pukul 10.34 WIB, petugas gabungan juga masih memproses evakuasi 23 pendaki di jalur Palutungan yang sedang turun dari pos Tanjakan Asoy. Lima pendaki di jalur Linggajati pun saat ini sedang dievakuasi turun. Sementara itu, petugas gabungan terus menjaga sterilisasi jalur Linggasana dan Apuy dari aktivitas pendakian.

“Menurut informasi dari lapangan siang ini (8/8), lokasi kebakaran hutan berada pada ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Posisi tersebut berada sekitar 20 meter di atas pos Sanghyang Ropoh,” tulis akun resmi instagram TNGC (@gunung_ciremai).

Lebih jauh dijelaskan bahwa Pos Simpang Apuy-Palutungan dilaporkan telah terlahap api pada sisi kanan dan kiri jalur pendakian. “Lokasi titik api tersebut sulit dijangkau oleh peralatan pemadam seperti ‘jet shooter’ dan mesin pompa air karena berada pada medan terjal, curam, dan tak tersedia sumber air,” tulis TNGC.

“Oleh karenanya, petugas gabungan menggunakan peralatan tangan seperti golok, cangkul, dan gepyok untuk membuat sekat bakar dan pemadaman langsung,” tambah TNGC.

Bersamaan dengan itu, Balai TNGC sedang mempertimbangkan kemungkinan mendatangkan pesawat “waterboombing” untuk mengatasi situasi dan kondisi terburuk seperti kejadian kebakaran hutan tahun lalu.

Dari pemantauan petugas, vegetasi tumbuhan Edelweis (Anaphalis Javanica), Cantigi (Vaccinium varingifolium), Pelending (Leguminosae), tumbuhan perdu dan semak belukar dilahap si jago merah. Sedangkan satwa liar belum diketemukan terdampak kebakaran hutan tersebut. (MC/RL)